Tuesday, March 04, 2008

Pembangunan Perikanan

          Konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan tidak lepas dari konsep manajemen sumberdaya perikanan itu sendiri yaitu bagaimana manusia menggunakan organisme air secara sempurna dengan memperhatikan habitat sehingga media tersebut dapat memberikan lingkungan yang terbaik bagi organisme yang dapat diambil manfaatnya tadi. Pembangunan perikanan mencakup interaksi tiga komponen yaitu manusia, habitat dan organismenya. Habitat merupakan media tempat hidup dari organisme (khususnya ikan ) yang akan dimanfaatkan oleh manusia. Manusia memiliki peran yang sangat dominan terhadap kelestarian sumberdaya dan ikannya, manusia memiliki sifat yang dapat merusak ataupun mempertahankan sumberdaya, segala aktivitas manusia dapat berdampak positif ataupun negatif terhadap sumberdaya. Persaingan antar manusia untuk memanfaatkan sumberdaya akan dapat mengakibatkan rusaknya atau punahnya sumberdaya terlebih dengan adanya pemberlakuan otonomi daerah yang dapat mengakibatkan konflik sosial, politik, maupun ekonomi antar daerah.
Dalam membangun dunia perikanan agar dapat terus berkelanjutan harus memperhatikan beberapa faktor antara lain :
1.      Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berasal dari organisme dan lingkungannya, hal yang paling berhubungan dengan faktor biologis adalah cara mengeksploitasi dari sumberdaya. Bagaimana mengelola sumberdaya agar tetap menyediakan media yang cukup baik untuk organisme (ikan) agar terus berkembang walaupun terus dieksploitasi. Usaha yang dapat di lakukan antara lain adalah pemberlakuan “close season” yaitu pemberlakuan larangan menangkap pada waktu ikan dalam masa pemijahan sehingga akan tetap tersedianya rekruitment dari umur ikan yang siap untuk di eksploitasi, pembatasan terhadap umur ikan sasaran yang dalam masa eksploitasi, harus benar-benar memperhatikan ikan yang layak konsumsi (harus memperhatikan ikan prey dan predatornya) sehingga tidak memutuskan  rantai makanan. Dalam mengelola sumberdaya harus memperhatikan kelestarian lingkungan yaitu dengan tidak mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan misalnya melakukan pembabatan terhadap ekosistem hutan mangrove hanya untuk membuka areal tambak yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan. Karena tiap sumberdaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka dalam pengelolaannya juga harus memperhatikan kondisi lingkungan setempat.
2.      Faktor Teknologi
Dalam memanfaatkan kemajuan teknologi harus juga memperhatikan kelestarian lingkungan, misalnya pelarangan penggunaan pukat harimau dan pengunaan bom untuk menangkap ikan-ikan yang hidup di dasar perairan, selain berhubungan dengan alat tangkap penggunaan kemajuan teknologi juga berperan dalam pengadaan armada penangkapan dan teknologi pengolahan. Kesalahan dalam menggunakan kemajuan teknologi dapat berdampak sangat buruk terhadap lingkungan khususnya menyangkut daya dukung lingkungan terhadap organismenya. Penggunaan teknologi yang tepat akan menjamin ketersediaan sumberdaya yang akan memperkecil kemungkinan over fishing, karena over fishing dapat diakibatkan oleh berlebihnya armada tangkap maupun alat tangkap sedangkan daya dukung lingkungannya terbatas.
3.      Faktor Ekonomi
Pengelolaan sumberdaya (pembangunan) perikanan yang berkelanjutan secara ekonomi harus membawa keuntungan yang cukup besar di mana biaya untuk eksploitasi ( cost of  exploitation) harus sebanding dengan hasil yang didapatkan. Apabila usaha di bidang perikanan banyak membawa keuntungan pasti akan banyak investor yang akan menanamkan modalnya di bidang ini karena potensi perikanan negara kita yang sangat besar sedangkan tingkat eksploitasi yang masih sangat rendah pada beberapa tempat, meskipun pada lain tempat juga sudah mengalami over fishing. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pasaran hasil perikanan antara lain preferensi konsumen terhadap hasil tangkapan, konsumen akan memilih ikan dengan kualitas yang baik jika pendapatan mereka juga tinggi sedangkan produk perikanan yang berkualitas rendah umumnya di konsumsi oleh masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah. Dengan singkat dapat diterangkan bahwa usaha perikanan yang bernilai ekonomis akan menjamin keberlangsungan dari usaha perikanan itu sendiri.
4.      Faktor Sosial
Pada umumnya perikanan di negara kita adalah perikanan skala kecil, baik yang perikanan tangkap maupun yang budidaya, umumnya hanya pengusaha yang memiliki modal besar yang menguasai pasaran ikan maupun usaha penagkapan, sedangkan nelayan dengan skala kecil masih kurang tersentuh oleh kredit yang di kucurkan oleh pemerintah karena dianggap perikanan adalah usaha yang beresiko tinggi sehingga akan sulit dalam pengembalian modalnya, padahal apabila usaha perikanan di kelola dengan serius akan mampu survive. Bukti yang nyata adalah ketika negara kita di landa krisis pada tahun 1998, sektor perikanan mampu tampil ke depan untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dengan sumbangannya yang cukup tinggi terhadap devisa negara.
Faktor sosial merupakan faktor yang paling dominan dalam pengelolaan pembangunan perikanan di Indonesia karena faktor ini seringkali menjadi momok bagi seluruh lapisan masyarakat yang terlibat langsung dalam dunia perikanan misalnya seringkali terjadi konflik antar nelayan pada suatu daerah dengan daerah lain yang masih dekat wilayahnya, hal itu sebetulnya wajar karena perairan kita yang open acces dan common property, konflik antar wilayah dapat diminimalisir apabila sudah terjadi pengertian antar nelayan di berbagai yang dilanda konflik tersebut (adanya management konflik), dan ini adalah tugas  dari seluruh lapisan masyarakat baik pemerintah maupun warga sipil yang terlibat langsung dengan dunia perikanan. Secara sosial suatu usaha perikanan harus dapat memenuhi kebutuhan akan lapangan kerja sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan usaha tersebut tidak bertentangan dengan adat, kebiasaan masyarakat setempat.
Konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus memenuhi tiga kriteria yaitu terpenuhinya kebutuhan manusia akan organisme (ikan), tersedianya daya dukung lingkungan sehingga akan tetap memberikan hasil yang maksimal, serta terjaminnya kelestarian dari organismenya sendiri (tidak over exploitation). Konsep MSY yang ditawarkan hanya menguntungkan dari aspek biologis yaitu jaminan tersediannya biomassa, sedangkan konsep MEY hanya menguntungkan secara ekonomi akan tetapi tidak memperhatikan faktor yang lain, dan konsep MscY hanya untuk memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan (secara sosial dapat diterima oleh masyarakat). Oleh karena itu di perlukan adanya suatu konsep yang mengaitkan ketiga faktor tersebut yaitu konsep OSY (optimum sustainable yield), dimana biomassa dieksploitasi sampai pada tingkat optimum sehingga tidak mengakibatkan kerusakan sumberdaya sehingga organisme yang di dalamnya pun akan dapat tumbuh optimum.
Penerapan konsep OSY ini memang sangat sulit tetapi bukannya tidak mungkin karena segala sesuatu yang di landasi dengan tekad dan kemauan yang keras dan didukung oleh berbagai pihak akan dapat mewujudkan suatu konsep yang dapat menjamin keberlanjutan dari pembangunan perikanan pada masa yang akan datang.

signature

0 reflection:

Post a Comment