Konsep
pembangunan perikanan yang berkelanjutan tidak lepas dari konsep manajemen
sumberdaya perikanan itu sendiri yaitu bagaimana manusia menggunakan organisme
air secara sempurna dengan memperhatikan habitat sehingga media tersebut dapat
memberikan lingkungan yang terbaik bagi organisme yang dapat diambil manfaatnya
tadi. Pembangunan perikanan mencakup interaksi tiga komponen yaitu manusia,
habitat dan organismenya. Habitat merupakan media tempat hidup dari organisme
(khususnya ikan ) yang akan dimanfaatkan oleh manusia. Manusia memiliki peran
yang sangat dominan terhadap kelestarian sumberdaya dan ikannya, manusia
memiliki sifat yang dapat merusak ataupun mempertahankan sumberdaya, segala
aktivitas manusia dapat berdampak positif ataupun negatif terhadap sumberdaya.
Persaingan antar manusia untuk memanfaatkan sumberdaya akan dapat mengakibatkan
rusaknya atau punahnya sumberdaya terlebih dengan adanya pemberlakuan otonomi
daerah yang dapat mengakibatkan konflik sosial, politik, maupun ekonomi antar
daerah.
Dalam
membangun dunia perikanan agar dapat terus berkelanjutan harus memperhatikan
beberapa faktor antara lain :
1.
Faktor Biologis
Faktor
biologis merupakan faktor yang berasal dari organisme dan lingkungannya, hal
yang paling berhubungan dengan faktor biologis adalah cara mengeksploitasi dari
sumberdaya. Bagaimana mengelola sumberdaya agar tetap menyediakan media yang
cukup baik untuk organisme (ikan) agar terus berkembang walaupun terus
dieksploitasi. Usaha yang dapat di lakukan antara lain adalah pemberlakuan “close season” yaitu pemberlakuan
larangan menangkap pada waktu ikan dalam masa pemijahan sehingga akan tetap
tersedianya rekruitment dari umur ikan yang siap untuk di eksploitasi,
pembatasan terhadap umur ikan sasaran yang dalam masa eksploitasi, harus
benar-benar memperhatikan ikan yang layak konsumsi (harus memperhatikan ikan
prey dan predatornya) sehingga tidak memutuskan
rantai makanan. Dalam mengelola sumberdaya harus memperhatikan
kelestarian lingkungan yaitu dengan tidak mengeksploitasi sumberdaya secara
berlebihan misalnya melakukan pembabatan terhadap ekosistem hutan mangrove
hanya untuk membuka areal tambak yang tidak memperhatikan keseimbangan
lingkungan. Karena tiap sumberdaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda
maka dalam pengelolaannya juga harus memperhatikan kondisi lingkungan setempat.
2.
Faktor Teknologi
Dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi harus juga memperhatikan kelestarian
lingkungan, misalnya pelarangan penggunaan pukat harimau dan pengunaan bom
untuk menangkap ikan-ikan yang hidup di dasar perairan, selain berhubungan
dengan alat tangkap penggunaan kemajuan teknologi juga berperan dalam pengadaan
armada penangkapan dan teknologi pengolahan. Kesalahan dalam menggunakan
kemajuan teknologi dapat berdampak sangat buruk terhadap lingkungan khususnya
menyangkut daya dukung lingkungan terhadap organismenya. Penggunaan teknologi
yang tepat akan menjamin ketersediaan sumberdaya yang akan memperkecil kemungkinan
over fishing, karena over fishing dapat diakibatkan oleh berlebihnya armada
tangkap maupun alat tangkap sedangkan daya dukung lingkungannya terbatas.
3.
Faktor Ekonomi
Pengelolaan
sumberdaya (pembangunan) perikanan yang berkelanjutan secara ekonomi harus
membawa keuntungan yang cukup besar di mana biaya untuk eksploitasi ( cost of
exploitation) harus sebanding dengan hasil yang didapatkan. Apabila
usaha di bidang perikanan banyak membawa keuntungan pasti akan banyak investor
yang akan menanamkan modalnya di bidang ini karena potensi perikanan negara
kita yang sangat besar sedangkan tingkat eksploitasi yang masih sangat rendah
pada beberapa tempat, meskipun pada lain tempat juga sudah mengalami over fishing. Faktor ekonomi yang
mempengaruhi pasaran hasil perikanan antara lain preferensi konsumen terhadap
hasil tangkapan, konsumen akan memilih ikan dengan kualitas yang baik jika
pendapatan mereka juga tinggi sedangkan produk perikanan yang berkualitas
rendah umumnya di konsumsi oleh masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah.
Dengan singkat dapat diterangkan bahwa usaha perikanan yang bernilai ekonomis
akan menjamin keberlangsungan dari usaha perikanan itu sendiri.
4.
Faktor Sosial
Pada
umumnya perikanan di negara kita adalah perikanan skala kecil, baik yang perikanan
tangkap maupun yang budidaya, umumnya hanya pengusaha yang memiliki modal besar
yang menguasai pasaran ikan maupun usaha penagkapan, sedangkan nelayan dengan
skala kecil masih kurang tersentuh oleh kredit yang di kucurkan oleh pemerintah
karena dianggap perikanan adalah usaha yang beresiko tinggi sehingga akan sulit
dalam pengembalian modalnya, padahal apabila usaha perikanan di kelola dengan
serius akan mampu survive. Bukti yang
nyata adalah ketika negara kita di landa krisis pada tahun 1998, sektor
perikanan mampu tampil ke depan untuk menyelamatkan bangsa Indonesia
dengan sumbangannya yang cukup tinggi terhadap devisa negara.
Faktor
sosial merupakan faktor yang paling dominan dalam pengelolaan pembangunan
perikanan di Indonesia karena faktor ini seringkali menjadi momok bagi seluruh
lapisan masyarakat yang terlibat langsung dalam dunia perikanan misalnya
seringkali terjadi konflik antar nelayan pada suatu daerah dengan daerah lain
yang masih dekat wilayahnya, hal itu sebetulnya wajar karena perairan kita yang
open acces dan common property, konflik antar wilayah dapat diminimalisir apabila
sudah terjadi pengertian antar nelayan di berbagai yang dilanda konflik
tersebut (adanya management konflik), dan ini adalah tugas dari seluruh lapisan masyarakat baik
pemerintah maupun warga sipil yang terlibat langsung dengan dunia perikanan.
Secara sosial suatu usaha perikanan harus dapat memenuhi kebutuhan akan
lapangan kerja sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan usaha tersebut tidak
bertentangan dengan adat, kebiasaan masyarakat setempat.
Konsep
pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus memenuhi tiga kriteria yaitu
terpenuhinya kebutuhan manusia akan organisme (ikan), tersedianya daya dukung
lingkungan sehingga akan tetap memberikan hasil yang maksimal, serta
terjaminnya kelestarian dari organismenya sendiri (tidak over exploitation). Konsep MSY yang ditawarkan hanya menguntungkan
dari aspek biologis yaitu jaminan tersediannya biomassa, sedangkan konsep MEY
hanya menguntungkan secara ekonomi akan tetapi tidak memperhatikan faktor yang
lain, dan konsep MscY hanya untuk memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan
(secara sosial dapat diterima oleh masyarakat). Oleh karena itu di perlukan
adanya suatu konsep yang mengaitkan ketiga faktor tersebut yaitu konsep OSY
(optimum sustainable yield), dimana biomassa dieksploitasi sampai pada tingkat
optimum sehingga tidak mengakibatkan kerusakan sumberdaya sehingga organisme
yang di dalamnya pun akan dapat tumbuh optimum.
Penerapan
konsep OSY ini memang sangat sulit tetapi bukannya tidak mungkin karena segala
sesuatu yang di landasi dengan tekad dan kemauan yang keras dan didukung oleh
berbagai pihak akan dapat mewujudkan suatu konsep yang dapat menjamin
keberlanjutan dari pembangunan perikanan pada masa yang akan datang.
0 reflection:
Post a Comment