Seolah
tidak bisa merasakan apapun yang seharusnya bisa dirasakan. Tidak peduli pada
apa saja yang terjadi di sekitar. Sibuk mencari pembenaran dan menyusun
pembelaan untuknya di depan orang-orang tercinta. Menimpakan seluruh kesalahan
pada diri sendiri. Meyakinkan diri bahwa hatinya bersih, tanpa noda meski tak
satupun kalimat penjelasan pernah dia lontarkan. Kemudian terciptalah banyak
asumsi, dugaan mengapa dia tega memutuskan hubungan yang sudah sekian lama
berjalan. Berbagai cara dilakukan untuk kembali memperbaiki hubungan, tapi tak
satupun sanggup mengembalikan ikatan yang sudah hilang.
Beberapa
hari berlalu, tapi rasa itu tetap menggebu. Alasannya yang terlalu naif tak
pernah sanggup menentramkan hati yang sendu. Jika tertidur malam ini, enggan
rasanya terbangun di esok hari. Masih saja sibuk mengeja namanya tanpa henti,
berharap ratapan bisa kembali menggerakkan hati. Satu per satu orang di sekitar
mulai hilang kesabaran. Bosan mendengar pembelaan dan rengekan penuh
penyesalan.
Kalimat
halus nan menentramkan sekarang berbalik menjadi serangan yang menusuk
bertubi-tubi. Tapi telinga masih saja tuli, sibuk bermimpi suatu hari dia akan
kembali ke sisi.
Tapi
angan tidaklah panjang. Pil pahit yang selama ini harus tertelan ternyata
belumlah seberapa, karena kenyataan yang akhirnya terungkap lebih mengiris
hati. Alasan mengapa dia tega mengingkari janji, menjadi jawaban atas
pertanyaan yang selama ini menari-nari di pikiran. Kejujuran! Tidakkah harusnya
dari dulu dia ungkapkan? Mengetahui kenyataan itu sekarang bagai menabur garam
di luka yang masih menganga. Rasa sakit ini menjadi berlipat ganda. Berhakkah
dia atas sebuah kata maaf?
Sekali
lagi tenggelam dalam lautan kepedihan. Mencari kebaikan di hati yang paling
dalam. Sungguh tidak mudah menarik diri kembali pada kenyataan. Tersenyum
adalah kepura-puraan paling nyata untuk menyembunyikan rasa. Orang yang selama ini dibela
ternyata tidak lebih dari seorang pendusta cinta. Biarlah mereka tahu dengan
sendirinya.
She's smiling. But look into her eyes, she's breaking inside.
Butuh
waktu lama untuk sanggup melepaskan. Merelakan apa yang dulu dianggap miliknya
seorang. Sejenak mengabaikan sang Penguasa Semesta hingga terjatuh pada jurang
bernama ketidakberdayaan yang merusak pemahaman bahwa cinta kepada makhluk
tidak selayaknya lebih besar dari cinta pada sang Pemilik Hidup. Berjuang
memenangkan keihklasan yang terenggut sudah seharusnya dilakukan, karena
Rasa
cinta dicipta untuk menghadirkan bahagia. Jika hanya membuat nestapa, maka relakan dia
terbang mengangkasa, kembali sejenak pada sang Pemilik Rasa.
Menutup
hati dengan rapat, berharap luka akan segera sembuh dengan sendirinya. Menarik
nafas, menatap masa depan. Menertawai kebodohan, ternyata rasa ini masihlah
sama. Bahkan kebencian tak pernah sekalipun terbersit dalam pikiran. Butuh
waktu untuk memaafkan, tapi jangan pernah diminta untuk melupakan. Serpihan
kenangan itu akan tetap ada bersama goresan luka yang tersisa. Apa yang sudah
dilalui akan menjadi sebuah pembelajaran yang sangat berharga.
Forgive but do not forget, or you will be hurt again.Forgiving changes the perspectives. Forgetting loses the lesson (Paulo C)
Berbagialah
kalian para lelaki yang kelak menjadi pilihan hati. Karena tak pernah mudah
membuka kembali apa yang pernah terluka, terlalu banyak yang harus diperbaiki.
Meski hati tak akan pernah bisa utuh seperti sedia kala, tapi kami sanggup
membagi rasa yang bisa membuat semesta iri. Hanya satu permintaan kami, jangan
pernah menggores luka yang sama untuk kedua kali.
http://www.hipwee.com/narasi/berjuang-memenangkan-keikhlasan-karena-hati-berhak-atas-sebuah-ketenangan/
0 reflection:
Post a Comment