Sunday, September 28, 2014

Bukan Cinderella

Seharusnya aku bertemu dengannya tidak di malam ini. Malam terlalu cepat bagi anak muda sepertiku. Bagaikan cinderela yang tak boleh pulang lebih dari jam 12 malam. Jalanan sudah terlalu sepi untuk ditaklukan, tak ada kereta kuda yang mengantarkanku untuk kembali ke gubuk kecilku. Mungkin kudanya sedang dipinjam oleh pemimpin tak terpilih di episode kali ini untuk menghadiri pertemuan penting.
Aku melangkahkan kaki ke bangunan yang bercahaya sangat terang diantara bangunan2 lain-lainnya. Layaknya anak kecil menemukan kesenangannya "ice cream nya satu aja yakhh... ". Pelayan baik hati memenuhi permintaanku. Tak lama kemudian, sahabatku datang untuk menemaniku.

Seperti bukan aku dengan budaya timur yang telah didoktrin oleh lingkunganku. Cinderella tak lagi takut dengan lonceng yang menunjukkan 12 malam. Cinderella tak lagi merasa khawatir, jika dia harus berubah menjadi seseorang yang tak lagi cantik dengan gemerlap gaun-gaunnya. Cinderella merasa beruntung tak ada kereta kuda yang menjemputnya dipertengahan malam. Cinderella tak harus kehilangan salah satu sepatu nya dan berharap cemas bahwa sang pangeran akan mengembalikan sepatunya.

Kopi itu mungkin terasa pahit, tapi kopi itu telah menemaniku malam ini. Aku menyadari pahitnya kopi itu masih belum seberapa dibandingkan harus menebak-nebak isi pikirannya. Melelahkan. Rasa lelah pun mengakhiri pertemuan kami, satu tahun tidak bertemu. Kita akan bertemu kembali 1 tahun mendatang.

0 reflection:

Post a Comment