Sulitnya menjadi
seseorang yang sering bertemu dengan orang lain adalah, kita harus mampu
menyembunyikan kenyataan hidup yang sedang kita hadapi. Sebenarnya, itulah
tanda kedewasaan. Dalam dua hari ini, aku belajar untuk menutupi kenyataan
hidup. Begitu banyak masalah yang ada diawal pekan ini.
Tak ada lagi yang
aku tunggu, aku pun sudah mendapatkan jawaban walau itu masih terasa pahit
dengan cara terburuk. Cukup lama aku menunggu di sebuah persimpangan ini, tapi
tak ada satu pun orang yang melewatinya. Kebetulan kawanku melewatinya, aku
selalu tak mengerti tentang rute perjalanan yang ia jelaskan. Aku mengikuti
rute yang dia pilih, aku lebih banyak terdiam. Pada akhirnya aku sadar, aku
salah rute. “malu bertanya sesat dijalan”
*tepokjidat* untuk mengikutinya lagi aku tak mampu. Aku memilih jalan kecil
yang berbatu untuk menggapai tujuanku.
Di sepanjang jalan
kecil yang berbatu, ada rasa penyesalan karena aku tak mampu mengusai diriku
sendiri. Aku melewatkan sesuatu yang berharga, dan kehilangan moment2 penting. Walaupun
jalannya rusak, ada yang mengenggam erat tanganku, mereka adalah keluarga ku.
Perjalananku, mengubah tujuan hidupku..
kini saatnya kita
semestinya mensyukuri semua yang ada pada kita dan kita jalani saja semua itu
seperti mengikuti arah air sungai mengalir jangan kita paksakan tuk menentang
arus jika kita terbatas akan perlengkapan
tuk menentang arah itu akan susah.... intinya kita ikuti saja arus
air mengalir, kita bisa berlabuh ketepian yang mungkin disana akan ada impian
dan harapan kita.....dan mustahil tak ada tempat tuk berlabuh disepanjang
aliran sungai itu.. Kenyataan hidup adalah nyata.... hadapi semua dg secara
wajar dan seimbang itulah ciri orang-orang bijaksana.
0 reflection:
Post a Comment