Metode
Memahami Dan Memahamkan Ajaran Rasulullah Saw Menurut Fethullah Gülen Hoca
Efendi
A.
Pendahuluan
Fethullah Gülen
dikenal dengan kehidupan yang bersahaja dan sederhana. Sejak tahun 1958, Beliau
berjuang untuk menyampaikan arti penting dari pemahaman dan toleransi
kemanusiaan kepada masyarakat dalam rangka memecahkan persoalan di masyarakat
dan kebutuhan spiritual. Usaha reformasi sosial yang dilakukan pada tahun 1960
tak menunjukkan tanda-tanda berhenti dan telah menjadikan dirinya salah seorang
tokoh termasyur dan dihormati di Turki, dan membuat banyak orang di seluruh
dunia berusaha sebaik-baiknya untuk mengimplementasikan visi-visinya.
Fethullah Gülen
adalah seseorang yang sederhana, tetapi ide-idenya rasional dan aktivitasnya
nyata. Beliau merangkul semua manusia untuk menentang keingkaran, ketidakadilan
dan kesesatan. Keyakinan dan kebijaksananya dapat memecahkan permasalah dengan
suatu pendekatan. Beliau adalah contoh dari cinta, semangat dan perasaan, serta
sangat seimbang dalam hal pemikiran, perbuatan dan dalam hal menghadapi
persoalan.
Fethullah Gülen
menghabiskan hidupnya untuk berusaha menyuarakan tangisan dan ratapan kaum
Muslim pada khususnya dan manusia pada umumnya, serta menyuarakan keyakinan,
harapan dan aspirasi mereka. Kendati beliau menanggung kesedihannya sendiri,
beliau merasa tersentuh oleh kesedihan yang berasal dari orang lain. Dia
merasakan hantaman terhadap kemanusiaan seolah-olah mengenai hatinya sehingga
dia pernah berkata “setiap kali saya
melihat daun gugur dari dahannya di musim gugur, aku merasa keperihan
seolah-olah tanganku di potong”.
Pemikiran Gülen
melahirkan gabungan antara agama dan sains, tradisional dan modernitas,
spiritualitas dan intelektual, rasio dan wahyu, akal dan hati. Gülen
mengkritik pandangan hidup materialis, ia menegaskan bahwa harmoni
sosial dengan alam, serta dengan manusia
dapat diraih jika material dan spiritual dapat dipadukan;
“Religion reconciles opposites that seem to
be mutually exclusive: religion-science, this world- the next world,
nature-Divine Books, the material - the spiritual, and spirit -body.”
Menurut Gülen,
agama dapat menjadi benteng pencegah kehancuran yang ditimbulkan oleh
materialisme sains, menempatkan sains pada tempatnya, dan mengakhiri konflik
berkepanjangan di antara manusia dan antar agama.
Prinsip gerakan
Gülen berusaha untuk tidak mengusung kembali masa lalu, mengagungkan romantisme
masa awal Islam, tetapi menyegarkan modernitas dengan nilai-nilai tradisional. Beliau
memimpikan generasi muda akan mengkombinasikan “pencerahan” intelektual dengan
spiritual murni, kebijaksanaan dan aktivisme yang berkesinambungan. Sebagai
tokoh yang mempunyai pengetahuan sangat luas dalam bidang keagamaan dan ilmu
sosial sangat akrb dengan ilmu material. Beliau membimbing semua muridnya dalam
bidang-bidang tersebut. Salah satu keyakinannya adalah bahwa jika ingin
mengusai massa, jangan pisahkan mereka dari pengetahuan sebab hanya melalui
pengetahuan tirani dapat digulingkan. Tujuan Gülen adalah mendidik generasi
yang memiliki kedalaman spiritual, terlibat dalam pengejaran intelektualitas,
dan berkomitmen melayani seluruh manusia. Bagi Gülen, “melayani manusia berarti
melayani Tuhan”. Ia mendorong pengikutnya untuk membuka sekolah dan univers itas modern, dengan fokus pada
sains dan bahasa.
Beliau percaya
bahwa keadilan hanya dapat muncul dan dipertahankan melalui pendidikan
universal yang memadai. Melalui pengembangan inilah akan muncul pemahaman dan
toleransi yang memadai dalam masyarakat demi menghargai hak-hak orang lain.
Untuk tujuan ini beliau secara terus menerus mendorong para elit masyarakat dan
pemimpin lokal, industrialis dan masyarakat usaha dalam komunitasnya untuk
mendukung pendidikan yang berkualitas bagi mereka yang membutuhkan.
Usahanya tak
kenal lelah mulai membuahkan hasil ketika murid-murid yang lulus dari
sekolah-sekolah yang dibuka ke Turki dan Asia Tengah mendapatkan tempat
terhormat dalam tes masuk universitas dan secara konsisten meraih posisi puncak
dalam Olimpiade Pengetahuan Internasional.
Gülen
memperkenalkan suri tauladan dari Nabi Muhammad SAW dan kepribadian istimewa
serta mulia. “Air kehidupan” untuk keselamatan manusia harus dikenal oleh siapa
saja. Nabi Muhammad SAW adalah kebanggaan umat manusia. Selama 14 abad ini,
banyak para pemikir, filsuf, ilmuwan, dan ulama yang merupakan bintang
cemerlang di dunia intelektual, telah berbaris di belakangnya dengan penuh rasa
hormat dan kagum, serta merasa bangga menjadi salah seorang dari umatnya.
Kebesarannya
Nabi Muhammad SAW mudah untuk diapresiasi dan dipahami karena kita masih
mendengar kalimat “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah” dari menara
azan lima kali dalam sehari. Waktu tak menjadikannya lupa akan kebenaran
tentang dirinya. Jika manusia menggunakan institusi sosial dan pendidikan, maka
generasi muda akan mengikuti jalan Rasullullah. Kendati ada kekurangan dalam
diri manusia, banyak orang yang mengambil “gelas” mereka dan segera mengisinya
dari “mata air murni” ini. Di setiap bagian dunia, termasuk Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Jerman, kebangkitan Islam tengah terjadi. Kaum Muslim
menaburi tanah ini dengan benih-benih kebahagiaan di masa depan. Islam
berkembang dimana-mana dan menyebar seperti yang pernah terjadi pada Masa
Kebahagiaan, yakni masa Nabi Muhammad SAW.
Kaum Muslim yang
taat kepada Islam sebagian besar tak sadar telah membuka jalan generasi baru
untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW di bawah cahaya dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Mereka yang sebelumnya mengeksploitasi sekolah-sekolah dan universitas
atas nama keingkaran, kini mulai berlari kepadanya. Bahkan orang-orang ternama
seperti Maurice-Bucaille dan Roger Garaudy telah menyaksikan kepalsuan dalam
sistem kepercayaan mereka dan beralih menuju ajaran Nabi Muhammad SAW, yaitu
Islam. Maurice-Bucaille adalah dokter dan saintis perancis, sedangkan Roger
Garaudy adalah salah satu penganut ideologi komunis yang sebelumnya menjabat
seketaris jendral Partai Komunis.
Pengenalan
metode yang telah dilakukan oleh Fethullah Gülen Hoca Efendi berdasarkan ajaran
Rasulullah SAW sangat penting dan bermanfaat bagi semua orang. Oleh sebab itu
diperlukan uraian secara sederhana mengenai hal-hal yang terkait dalam
kehidupan bersosial dan beragama menurut ajaran Rasulullah SAW.
B.
Pembahasan
Jika ada
kekurangan dalam ajarannya tentang kemanusiaan, tujuan dari kenabian tidak akan
terealisasikan secara penuh. Dia mengatakan: Setiap Nabi sebelum aku membangun beberapa bagian dari bangunan yang
indah, tetapi ada satu celah yang perlu ditutup. Setiap orang yang lewat akan
mengatakan: “Aku ingin tahu kapan bangunan ini akan selesai.” Orang yang
menyempurnakannya adalah aku. Setelah aku, tidak ada lagi cacat dalam
susunannya.
Al Qur’an
membenarkan ini: Pada hari ini telah
Kusempurnakan agamamu (Q.S. 5:3). Singkatnya, Nabi mereformasi, melengkapi
dan menyempurnakan jalan hidup yang kurang, cacat, atau menyimpang dari kehendak
Allah. Semua Nabi sebelumnya dikirim untuk umat tertentu dan waktu terbatas. Tetapi,
karena Allah memilih Nabi Muhammad SAW dan Islam untuk sepanjang zaman dan
semua orang, maka Islam adalah kesempurnaan dari pertolongan universal-Nya atas
ciptaan-Nya. Dia menciptakan Islam sedemikian rupa sehingga memuaskan semua
orang. Seseorang lebih baik mencari kebenaran dan prinsip-prinsipnya dalam
rangka mendesain hidup mereka agar sesuai dengannya daripada mencari kesalahan
Risalah dan prinsip yang disampaikan Rasulullah.
Nabi adalah
manusia sempurna, lengkap dan saleh. Dia mengubah orang yang liar dan mampu
menyatukan mereka ke dalam satu bangsa yang kuat. Segala kejahatan dapat
ditemukan di Arab. Nabi menghapus semua kejahatan itu dan menggantikannya
dengan kebaikan dan kebajikan yang mendalam yang menyebabkan umatnya menjadi
para pemimpin dan guru dari dunia beradab.
Nabi Muhammad
SAW hadir pada saat manusia kehilangan pengetahuan mereka yang terbalik
menyembah berhala batu, tanah, roti, dan bahkan keju. Pikiran dan moral mereka
sangat rusak sehingga mereka akan memotong-motong berhala dan memakannya.
Satu-satunya dalil yang mereka percaya adalah mereka mengikuti jejak nenek
moyang mereka. Mereka mengubur putri mereka hidup-hidup, wanita dipandang
rendah, bukan hanya di Arab pra Islam saja tetapi juga di kawasan Romania dan
Sassanid.
Setelah Muhammad
dinyatakan kenabiannya, seorang sahabat menceritakan kepadanya apa yang pernah
ia lakukan kepada putrinya:
Wahai
Rasulullah, dulu saya punya anak perempuan, suatu hari saya meminta pada ibunya
untuk didandani sebab saya akan membawanya pada pamannya. Istriku yang malang
tahu apa arti hal ini tetapi tidak dapat
berbuat apa-apa kecuali patuh dan menangis. Ia mendandani anak perempuan itu yang
sangat gembira karena akan bertemu dengan pamannya. Saya membawanya kebibir
sumur dan menyuruhnya untuk melihat kedalam. Saat dia sedang melongok kesumur,
saya tendang dia masuk kedalamnya. Saat ia melayang jatuh dia berteriak:
ayah..ayah...
Saat dia
menceritakan kisah ini, Nabi Muhammad SAW menangis terisak-isak seolah-olah dia
telah kehilangan salah satu kerabat dekatnya. Hati telah mengeras, setiap hari
sebuah lubang digali di gunung untuk bayi, mengubur bayi tak berdosa. Manusia
lebih brutal dan kejam daripada hiyena (sejenis macan), yang kuat menindas yang
lemah. Kebrutalan dilakukan atas kemanusiaan, kekejaman, disetujui, haus darah
dipuji, pertumpahan darah dianggap kebaikan, dan perzinahan serta
perselingkuhan lebih lazim ketimbang perkawinan yang sah. Struktur keluarga
dihancurkan.
1.
Kehidupan
Rasulullah Saw Sebelum Kenabian
Nabi Muhammad
telah diciptakan sebagai orang besar sebelum diberi wahyu dan sebelum menjadi
rasul. Sejak kecil beliau sudah menghindarkan diri dari penyembahan berhala
yang dianggap Tuhan oleh nenek moyangnya dan merupakan sumber kejayaan di
seluruh Jazirah Arabia saat itu. Nabi Muhammad SAW dibesarkan dalam pengawasan
Allah SWT karena ayahnya Abdullah telah meninggal sebelum beliau lahir yang
berarti beliau harus menaruh semua kepercayaan kepada Allah SWT dan tunduk
sepenuhnya kepadaNya. Suatu saat beliau berjalan ke kuburan ayahnya di Madinah
beberapa tahun kemudian dan beliau menangis dalam hatinya, saat beliau kembali
dan berkata “Aku menangisi ayahku dan memohon agar Allah mengampuninya”.
Sejak kematian ayahnya,
Allah mengarahkannya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah
yang tiada sekutu baginya. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala
kambing keluarganya dan kambing penduduk kota Mekah. Saat Muhammad mengembala,
dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Hal tersebut karena beliau
ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan membuatnya
jauh dari nafsu duniawi, sehingga beliau terhindar dari berbagai macam noda
yang dapat merusak namanya, dan sejak muda beliau dikenal dengan Al-amin, orang
terpercaya.
Nabi Muhammad
ikut dalam kafilah dagang Syiria (Syam) di usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin
oleh Abu Thalib, pamannya. Dalam perjalanan ini, di Busrah (sebelah selatan
Syiria), ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhaira. Pendeta itu
melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk-petunjuk
cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa Pendeta itu menasehatkan Abu
Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikhawatirkan
orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat
kepadanya.
2.
Tantangan
dan Penolakan Arab Quraisy Terhadap Seruan Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad
SAW telah datang kepada kaumnya dengan membawa suatu ajakan dan apabila
diterima maka berubalah semua tatanan hidup mereka. Dakwah Nabi Muhammad SAW tidak
hanya menyangkut agama mereka semata-mata tapi mencakup keseluruhan lapangan
kehidupan. Misalnya : kehidupan politik, kemasyarakatan, harta dan tata rumah tangga
mereka. Hal tersebut tidak secara otomatis dan begitu mudah mengajak mereka untuk
meninggalkan yang mereka dapat dari Nenek Moyang dan berlaku di negeri mereka.
Oleh karena itu, mereka menolak dan menghardik pembawanya agar mau kembali
kepada warisan yang telah Nenek Moyang mereka tinggalkan dan mau mengagungkan
yang mereka anggap mulia.
Perhatikanlah
ketika musuh-musuhnya menyerbu dengan senjata cemoohan yang merupakan senjata
paling ampuh untuk membunuh kemauan keras dan paling ampuh mematikan semangat
para pejuang. Senjata cemoohan ini lebih menikam daripada siksaan dan penekanan.
Pada suatu hari, berdirilah Nabi Muhammad SAW di atas Bukit Shafa sambil
berseru kepada orang-orang Quaraisy. Setelah mereka datang semua untuk
mendengarkan seruan beliau, lalu beliau pun memberikan peringatan kepada mereka
akan adanya hari perhitungan Allah SWT. Mereka seketika meninggalkan Nabi
Muhammad SAW dan berlalu pergi, bahkan Paman beliau sendiri Abu Lahab berkat
kepadanya; “ Celakalah Kau Hai Muhammad! Hanya untuk inikah kau memanggil
kami……?”
Mereka berpesan
satu sama lain ; “jangan kamu dengarkan dengan sungguh akan Al-Qur’an ini dan
buatlah hiruk pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkannya (mereka)”. Mereka
paham bahwa senjata cemooh sangat ampuh untuk melawan dakwah daripada penekanan
dan penyiksaan, sehingga mereka tidak akan bisa melupakan cemoohan itu. Maka
mereka takut, mereka bahkan bertambah congkak. Seorang diantara mereka berkata
dan mengejek ; “Hai orang-orang Quraisy, tahukah anda sekalian apa itu pohon
Zakum yang disebut Muhammad untuk menakut-nakuti kalian? Zakum itu sebenarnya
ialah sejenis kurma Yastrib yang jelek terdapat di Zubdi”.
3.
Strategi
Dakwah Nabi Saw Sebagai Pemimpin Negara
Salah satu
pelajaran berharga yang harus diambil dari Rasulullah SAW adalah cara
Rasulullah mengolah dakwah beliau agar bisa diterima oleh seluruh masyarakat. Sebagian
orang berpendapat bahwa mudah menyampaikan pesan suci kepada masyarakat karena
cara menyampaikannya ini tidak ada bedanya dengan cara menyampaikan pesan-pesan
yang lain.
Pada saat Allah
SAW menurunkan wahyu pertama kali pada Nabi Muhammad di gua hira, maka dengan
demikian Allah telah mendeklarasikan beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul bagi
kaumnya. Setelah Muhammad secara resmi memperoleh kenabian, maka tugas
selanjutnya menyampaikan risalah islamiyah kepada seluruh umat manusia.
Rasulullah diberikan oleh Allah SWT dengan kebijaksanaan, kesabaran, kekuatan
jiwa, dan kekuatan menghadapi tantangan. Dengan modal tantangan tersebut Rasulullah
dipanggil untuk bangkit berhadapan dengan
kaumnya sesuai firman Allah Swt dalam surah Al-Mudatsir; 1-3:
(3) فَكَبِّرْ
(2) قُمْ فَأَنْذِرْ (1) يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Terjemahannya: Hai orang-orang yang
berkemul (berselimut) (1). Bangunlah, lalu berilah peringatan! (2). Dan tuhanmu
agungkanlah (3).
Ayat ini
mengajak Rasulullah SAW untuk menyampaikan risalahnya itu, beliau tidak
langsung dalam kancah masyarakat, tetapi dahulu ditujukan kepada perorangan,
terutama pada keluarga terdekat dan hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT
dalam surah Al-Syua’ara; 214:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الْأَقْرَبِينَ
Terjemahannya: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Sebagai
realisasi dari perintah ayat tersebut, maka rasulullah mulai mengajak saudaranya
masuk Islam, mereka yang berhasil masuk Islam pertama kali mendapat julukan Assabiqunal Al-Awwalun (mereka mereka
yang pertama masuk islam) mereka itu adalah, Sitti khadijah (Istri Nabi), Ali
bin Abi Thalib (anak paman Nabi), Said bin Haristah, Abu Bakar As-Shidiq,
Utsman bin Affan, Subair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Abil
Arqam. Rumah dari beberapa orang yang pertama masuk Islam dijadikan sebagai pusat
kegiatan dakwah dan dikenal dengan Darul Arqam. Kegiatan ditempat ini menarik
orang untuk melakukan kebebasan jiwa, maka masuk Islamlah hamba sahaya lainnya.
Disinilah Rasulullah menanamkan ruh tauhid kedalam jiwa para sahabat, sehingga
mereka kelak menjadi pembela dan pejuang-pejuang agama yang tangguh.
Langkah dakwah
selanjutnya adalah menyeru pada masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segala
lapisan masyarakat kepada Islam terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun
hambah sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk
negeri-negeri lain. Disamping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Mekah dari
berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa
mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih hasil yang diharapkan mulai
terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari
makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan
orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka orang-orang yang lemah,
namun semangat mereka sungguh membaja.
Tiga poin
penting dalam penyampaian Risalah Islam adalah kecerdasan, melakukan yang
didakwahkan dan tidak mengharapkan imbalan. Kecerdasan harus dipakai untuk
menggapai manusia pada tingkatan masing-masing. Sebuah hadist menyatakan “kami,
komunitas dari para Nabi, diperintahkan untuk memberi kabar kepada orang-orang
sesuai dengan tingkap pemahaman mereka”. Mereka berusaha untuk menyebarkan
agama Islam dengan cara pendekatan dan mendapatkan perhatian dari Non Muslim.
Mereka ingin kata-katanya bisa mempengaruhi orang lain harus melaksanakan apa
yang mereka katakan. Jika tidak, bagaimana mungkin bisa berhasil, sebab telah
diketahui bahwa perbuatan selalu bicara lebih keras dibanding kata-kata. Salah
satu alasan Nabi Muhammad SAW dicintai oleh ratusan juta manusia, terlepas dari
propaganda dan permusuhan yang tiada henti, dan mengapa orang-orang di seluruh
dunia memeluk Islam setiap harinya, adalah bahwa dia melaksanakan yang dia
khotbahkan.
4.
Posisi Nabi
Muhammad sebagai kepala Negara
Di dalam
Al-qur’an surat Ali’imran ayat 44 Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah
seorang Rasul “... dan tidaklah Muhammad
kecuali seorang rasul”. Sebagai Rasul beliau bertugas sebagai penyampai dan
pen-syarah keseluruhan wahyu yang diterimanya kepada manusia sebagaimana Allah
berfirman dalam surat An-Nahal ayat 44
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Terjemahannya : “…Dan kami turunkan
kepadamu Al-qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”.
Sebagai pembuat hukum sebagaimana
firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 105:
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ
Terjemahannya : Sesungguhnya kami
telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu.
Dan firman Allah dalam Surat Al-A’raf
ayat 157:
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي
كَانَتْ عَلَيْهِمْ
Terjemahannya : Nabi menyuruh
mereka mengerjakan dan menghalalkan yang ma’ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang munkar dan menghalalkan
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka)
Dan sebagai teladan bagi ummat
manusia sebagai firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Terjemahannya : Sesungguhnya yang
ada pada (diri)Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang
yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia banyak menyebut
nama Allah.
Dalam ayat-ayat
tersebut ditemukan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, bukan hanya penyampain
dan penjelas keseluruhan wahyu Allah, tetapi juga diberi hak legislative atau
hak menetapkan hukum bagi manusia dan hak menertibkan kehidupan masyarakat,
karenanya, beliau disebut contoh tauladan yang baik bagi manusia dalam
kapasitas beliau sebagai pemimpin agama sekaligus kepala Negara.
Pada sejarah Islam,
peristiwa Bai’at Aqabah dan perjanjian tertulis yang melahirkan piagam madinah,
dapat diidentifikasikan sebagai peraktek kontrak sosial. Sejak peristiwa
tersebut, Nabi memperoleh kekuasaan politik dan keabsahan untuk mengatur dan
memimpin rakyat madinah. Kekuasaan politik yang diperoleh Nabi berdasarkan nash
dan fakta-fakta historis tersebut, bukan menurut teori kekuatan. Hal tersebut
dikarenakan kehadirannya di Madinah bukan dengan jalan kekuatan dan penaklukan,
melainkan diundang oleh golongan-golongan Arab di Kota itu dan atas perintah
wahyu. Hak dan kekuasaan politik itu beliau peroleh dari Allah yang dalam teori
politik disebut teokratis, serta melalui perjanjian masyarakat yang disebut
kontrak sosial.
Menurut
Al-Balqini, tugas kepala Negara untuk melaksanakan fungsi Negara adalah
menegakkan hukum yang telah ditetapkan, membela umat dari gangguan musuh,
melenyapkan penindasan dan meratakan penghasilan Negara bagi rakyat. Bagi
Al-Baghdadi, fungsi negara yang harus dilaksanakan kepala negara adalah
melaksanakan undang-undang dan pengaturan, melaksanakan hukuman bagi pelanggar hukum,
mengatur militer dan megelola zakat dan pajak. Selanjutnya Al-Mawardi
berpendapat bahwa fungsi negara yang harus diwujudkan kepala Negara adalah
menjamin hak-hak rakyat dan hukum Tuhan, menegakkan keadilan, membangun
kekuatan untuk menghadapi musuh, melakukan jihad terhadap orang yang menentang
Islam, memungut Pajak dan Zakat, meminta nasihat dan pandangan dari orang-orang
terpecaya, dan kepala Negara harus langsung mengatur urusan ummat dan agama,
dan meneliti keadaan yang sebenarnya.
Tugas-tugas
seperti tersebut dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau membuat undang-undang
dalam bentuk tertulis, mempersatukan penduduk Madinah untuk mencegah
konflik-konflik diantara mereka agar terjamin ketertiban intern, menjamin kebebasan
bagi semua golongan, mengatur militer, memimpin peperangan, melaksanakan
hukuman untuk pelanggar hukum, menerima perutusan-perutusan dari luar Madinah,
mengirim surat-surat kepada para penguasa di Jazirah Arab, mengadakan
perjanjian damai dengan tetangga agar terjamin keamanan eksteren, mengelola
zakat dan pajak serta larangan riba dibidang ekonomi dan perdagangan untuk
menjembatani jurang pemisah antara golongan kaya dan miskin, dan menunjuk para
sahabat untuk menjadi hakim di daerah-daerah luar Madinah serta mendelegasikan
tugas-tugas kepada para sahabat.
Tugas yang
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut menunjukkan kesamaan dengan konsep
dan teori politik dan kenegaraan tentang tugas kepala Negara dan dengan
demikian posisi beliau disamping seorang Rasul juga dapat dikatakan sebagai
kepala Negara. Oleh karena itu, Watt menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai
seorang negarawan dengan mengemukakan empat alasan, yaitu:
a.
Muhammad SAW memiliki bakat sebagai seorang yang mampu
melihat sesuatu sebelum terjadi karena didukung wahyu dan kejeniusannya.
b.
Kearifannya sebagai negarawan beliau tunjukkan dalam
menerapkan struktur ajaran Al-Qur’an yang global secara kongkrit melalui
kebijaksanaannya yang tepat.
c.
Reformasi dibidang social yang berwawasan jauh yang
ditunjang oleh strategi politik yang akurat.
d.
Beliau mempunyai kemampuan sebagai administrator dan
arif dalam menunjuk pembantunya untuk melaksanakan tugas-tugas administrator.
5.
Nabi
Muhammad SAW Sebagai Pendidik
Allah menuntun kita untuk menjauhi
kesesatan, seperti pada surat Al Jumu’ah ayat 2 “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah, meskipun
sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan”
Beberapa dari kata ini sangat menarik.
Allah menyebutkan orang ketiga, karena orang-orang Arab yang jahil, primitif
dan liar tidak mengenal-Nya. Tidak ada “Dia” dalam benak mereka, maka Allah
menekankan kegelapan sifat mereka, kejauhan mereka dari Diri-Nya, dan
menunjukkan bahwa mereka tidak bisa disapa langsung oleh-Nya. Kata “diantara”
menunjukkan bahwa Rasul adalah salah satu dari mereka. Rasul yang pada awalnya
buta huruf, Allah mengeluarkan dirinya dari kaumnya, mendidiknya dan
menjadikannya guru bagi orang-orang yang buta huruf. Rasul membimbing umatnya
menuju derajat yang lebih tinggi dengan menjelaskan Al Qur’an dan semesta,
serta memperlihatkan mereka secara terperinci bagaimana menuju kehidupan yang
seimbang dan baik dalam setiap bidang kegiatan.
Rasulullah SAW sangat memperhatikan pendidikan dan mendorong umatnya
untuk terus belajar. Banyak hadits-hadits beliau yang berisi motivasi dan
anjuran untuk memuntut ilmu. Bahkan beliau mewajibkan kepada Ummatnya untuk
mempelajari ilmu, sebagaimana dalam hadits :
طلب العلم فريضة على كلّ مسلم
“Menuntut ilmu adalah wajib
bagi setiap Muslim (ah)”.
Beliau juga membuat beberapa kebijakan yang menjadi pilar pendidikan
umat. Misalnya, pada perang Badr kaum muslimin berhasil menawan sejumlah kaum
musyrikin. Ada beberapa usulan yang dikemukakan oleh para sahabat terkait sikap
dan perlakuan terhadap para tawanan itu. Salah satu usulan yang disetujui oleh
beliau adalah dengan membayar tebusan atau mengajar baca tulis kepada anak-anak
kaum Muslimin. Sikap ini merupakan kebijakan yang sangat strategis karena dapat
mempercepat proses terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan
masyarakat Muslimin.
Rasulullah SAW terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan. Beliau
membacakan Ayat-ayat al Quran, mengajarkan Al Kitab dan As Sunnah serta
mentazkiyah (mensucikan) hati para sahabat dengan ilmu yang beliau ajarkan.
Ketika Rasulullah SAW tidak bersama
mereka, para sahabat senior menyampaikan pelajaran yang telah mereka dengar
lebih dulu dari Rasulullah SAW.
Umar bin Khathab r.a misalnya,beliau memilki tetangga yang menjadi
partner dalam menuntut ilmu kepada Rasulullah. Jika Umar menghadiri majelis
ilmu Rasulullah SAW dan tetangga beliau tidak sempat hadir, maka beliau
menyampaikan hadits yang ia dengar kepada tetangga tersebut. Demikian pula
sebaliknya .
Pendidikan yang dijalankan oleh Rasulullah SAW terbukti berhasil
membangun peradaban dunia yang mulia dan bermartabat. Dalam waktu singkat
masyarakat Islam ketika itu mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai
aspek kehidupan, tidak hanya terbatas pada pemahaman, penghayatan, pengamalan
ajaran islam yang bersifat ukhrawi, tetapi juga teraplikasi pada aspek
kehidupan duniawi. Kejayaan peradaban Islam pada masa-masa selanjutnya, tidak
terlepas dari tradisi ilmu yang telah tertanam di kalangan masyarakat Muslim.
Fakta sejarah ini bukan sekadar untuk menghibur diri dengan kejayaan masa
lalu. Tetapi hendaknya dijadikan sebagai bahan pelajaran bahwa peradaban Ummat
dan Bangsa ini akan kembali mengulangi kejayaannya bila menempuh jalan yang
sama yaitu “Membangun Tradisi Ilmu”.
Pernyataan Imam Malik menarik untuk direnungkan:
لن يصلح آخر هذه الأمة إلاّ بما صلح به أوّلها
“(Generasi) akhir Ummat ini
takkan membaik, kecuali dengan (mengikuti) konsep dan metode yang menjadikan
ummat terdahulu baik.”
Setelah Rasul, manusia melihat panjinya
berkibar dimana-mana di setiap abad. Orang-orang mengikutinya untuk mencapai
dunia spiritual tertinggi dengan sayap kewalian, kesalehan, kebajikan,dan
pengetahuan. Segala hal yang dinamakan ide-ide orisinil akan menghilang satu
persatu, seperti lilin yang padam menyisakan satu “matahari” yaitu Al Qur’an
yang tidak akan pernah padam. Panji-panjinya akan menjadi satu-satunya yang
berkibar di cakrawala dan setiap generasi akan bergegas ke arahnya, memutus
belenggu yang mengikat leher mereka.
Metode pendidikan Rasulullah SAW bersifat
universal yang mencakup segala aspek untuk membuat pengikutnya mengepakkan sayap
cinta dan hasrat, serta membawa mereka menuju tempat yang tak terbayangkan.
Beberapa aspek itu meliputi prinsip ekonomi, pemerintahan, pendidikan, keadilan,
dan hukum internasional. Rasullullah SAW membukakan pintu institusi ekonomi,
sosial, administratif, militer, politik dan sains kepada murid-muridnya yang
pikiran dan semangatnya ia latih dan kembangkan untuk menjadi administrator
yang sempurna, ahli ekonomi yang terbaik, politisi yang terbaik dan jenius,
serta militer yang unik.
Kesempurnaan seorang pendidik tergantung
kepada kebesaran dari cita-citanya dan dimensi kualitatif serta kuantitatif
dari pendengarnya. Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal, instruktur dan
pembimbing spiritual yang dia kirimkan telah berkelana dari Mesir sampai Iran,
dan dari Yaman sampai Kaukasia untuk menyebarkan apa yang mereka pelajari
darinya. Dalam abad-abad berikutnya, orang-orang dari berbagai tradisi,
konvensi dan kultur (yakni Persia, Tunisia, Cina, India, Romania, Abisinia,
Arab dan beberapa bangsa Eropa) bergegas masuk Islam. Kebesaran pendidik
tergantung pada kesinambungan prinsip-prinsipnya. Tak ada yang bisa menyangkal
bahwa orang-orang dari seluruh dunia menerima Islam dan menerima ajarannya.
Rasulullah muncul diantara orang-orang liar
dan primitif. Rasulullah SAW menghapus semua kejahatan itu dan menggantikannya
dengan kebaikan dan kebajikan yang mendalam menyebabkan umatnya menjadi para
pemimpin dan guru dari dunia beradap. Bahkan sekarang, kita bisa mencapai
derajat mereka. Hal tersebut
diakui oleh intelektual barat seperti Isaac Taylor dan Lamartine. Isaac Taylor
menceritakan cara Islam mengubah orang
yang menerimanya di Konggres Gereja Inggris “kebaikan yang ditanamkan Islam adalah kesederhanaan, kebersihan,
kesucian, keadilan, ketabahan, keberanian, kejujuran, kebajikan, dan
kepasrahan. Islam mengajarkan persaudaraan praktis, kesamaan sosial semua
Muslim. Perbudakan bukan bagian dari prinsip Islam”.
Akibat salah konsepsi dan kecenderungan
sekuler, kebanyakan orang mendifinisikan agama sebagai iman buta, tindakan
ibadah yang tak bermutu dan pelipur lara dari persoalan hidup. Beberapa umat
Muslim yang terpengaruh paham sekuler telah menambahkan kesalahan ini dengan
mengurangi Islam menjadi sekedar Ideologi, sebuah sistem politik, ekonomi dan
sosial. Mereka mengabaikan satu fakta yang dinyatakan Al Qur’an, Hadist, dan
seluruh sejarah.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan
menganggap usaha halal kita untuk mendapatkan nafkah dan menopang keluarga
sebagai suatu ibadah. Islam melarang pemborosan dan kemewahan dengan alasan
jika kita mengejar kesenangan duniawi dan mengabaikan kewajiban agama kita,
maka kekayaan kita di dunia ini akan membahayakan. Kita harus membangun ilmu
pengetahuan dan mengeksploitasi sumber daya alam dengan menemukan hukum-hukum
dan merenungi fenomena alam. Sembari melakukan hal itu, kita harus mencari keridhaan
Allah dan melaksanakan ajaran Islam.
Nabi Muhammad SAW mempunyai semua kualitas
kemimpinan yang diperlukan untuk keberhasilannya dalam segala aspek kehidupan.
Beliau mampu memimpin umatnya menuju keberhasilan di segala bidang. Beliau
adalah sumber yang mengalirkan semua perkembangan selanjutnya yang berhubungan
dengan komando, kenegaraan, agama, dan sebagainya di seluruh dunia Muslim.
Secara umum para pemimpin harus memiliki kualitas berikut ini :
a.
Realisme.
Pesan dan permintaan mereka tak boleh bertentangan dengan realitas. Mereka
harus memahami kondisi yang berlaku sebagaimana adanya dan menyadari untung
ruginya.
b.
Keyakinan
absolut kepada pesannya. Keyakinan mereka tak pernah goyah dan mereka tak
boleh mundur dari misinya.
c.
Keberanian
personal. Bahkan ketikan ditinggal sendiri, mereka berani bertahan. Ketika
beberapa pengejarnya mencapai mulut gua tempat dia bersembunyi, Abu Bakar takut
jangan-jangan ada sesuatu yang menimpa Rasulullah. Akan tetapi beliau hanya
berkata “jangan takut, karena Allah bersama kita” (QS.9:40).
d.
Kemauan dan
ketetapan yang kuat. Mereka tak boleh putus asa bahkan sebentar saja.
e.
Kesadaran akan
tanggung jawab personal. Segala sesuatu harus diarahkan untuk memenuhi
tanggung jawab ini. Walau bagaimana pun mereka tak boleh tergoda oleh daya
tarik kehidupan duniawi.
f.
Berwawasan
kedepan dan berfokus pada tujuan. Pemimpin harus mampu menerangkan dan
merencakan perkembangan potensial. Mereka harus tahu cara mengevaluasi masa
lalu, sekarang dan masa depan untuk mendapatkan sintesis yang baru. Orang-orang
yang kerap mengubah pikirannya hanya akan menyebar kekacauannya di dalam
masyarakat.
g.
Pengetahuan
personal atas setiap pengikutnya. Para pemimpin harus sepenuhnya sadar akan
disposisi, karakter, kemampuan, kekurangan, ambisi, dan kelemahan dari semua
pengikutnya.
h.
Karakter yang
kuat dan nilai yang terpuji. Para pemimpin harus tegas tetapi fleksibel
saat melaksanakan keputusannya dan mengerti waktu untuk maju terus, dan keras
atau sungguh-sungguh dan mantap, atau bersikap lunak dan ramah, atau sederhana
dan selalu jujur serta amanah, benar dan adil.
i.
Tanpa ambisi
duniawi dan menyalahgunakan kekuasaan. Para pemimpin harus hidup seperti
orang termiskin dari masyarakatnya. Mereka tak boleh membeda-bedakan rakyatnya,
mereka harus mencintai rakyatnya, lebih mementingkan rakyatnya daripada diri
sendiri dan bertindak agar rakyatnya mencintainya dengan tulus. Mereka harus
terpercaya bagi masyarakatnya, dan menjaga ketaatan serta kesetiaan masyarakat
sebagai balasan mendapatkan kepatuhan rakyat.
Berkah Rasulullah yang murni menghasilkan jendral-jendral tak
terkalahkan. Di antara generasi pertama, kita menyaksikan jenius-jenius militer
seperti Khalid, Sa’d ibn Abi Waqqa, Abu Ubayda, Shurahbil ibn Hasana, dan Ala
Al- Khadrami. Mereka kemudian diikuti jendral-jendral yan briliant seperti
Thariq ibn Ziyad dan Uqba ibn Nafi, yang kedua menggabungkan kejeniusan militer
dengan kelembutan manusia, iman dan kepatuhan religius. Dengan mematuhi
perintah Al Qur’an dan sunah Nabi, umat Muslim mempelajari Al Qur’an dan alam
semesta, pada akhirnya menegakkan peradapan yang luar biasa. Para sarjana dari
segala penjuru Eropa mendapatkan manfaat dari pusat pendidikan yang berlokasi
di Damaskus, Zaituna, Kordoba, Sicilia, Bukhara, Kairo, Fez, Delhi dan
kota-kota besar Islam lainnya. Sejarahwan mengumpamakan dunia Muslim abad
pertengahan, yakni abad kegelapan bagi Eropa namun masa kejayaan bagi Muslim,
seperti sarang lebah, jalan-jalan penuh dengan pelajar, ilmuwan dan sarjana
yang berjalan dari satu pusat studi ke pusat studi lainnya.
C.
KESIMPULAN
Ajaran Rasulullah
SAW memiliki peran yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan. Metode yang
digunakan untuk menyebarkan perintah Allah SWT melalui pendekatan kultural pada
umatnya, dan memberikan sebuah contoh sikap untuk berbuat kebaikan serta hal
yang menjadikan seorang pemimpin. Fethullah Gülen menerapkan ajaran Rasulullah
SAW dengan menjalani hidupnya dengan belajar, mengajar, mengembara, menulis dan
berbicara dalam rangka meringankan penderitaan yang ditimbulkan oleh
kegersangan spiritual abad ke-duapuluh. Pemikir terbesar zaman ini adalah orang yang dapat
merasakan penderitaan yang
ditimbulkan pada Islam dan seluruh umat manusia, dan berkomitmen dirinya untuk tujuannya. Fethullah
Gülen berkomitmen pada dirinya untuk terus melayani umat Allah SWT. Salah satu
caranya dengan membuka gerbang-gerbang pendidikan yang akan membantu dan
membentuk seorang pemimpin seperti Rasulullah telah mendidik sahabat, dan
umatnya menjadi seseorang yang handal di bidangnya.
Fethullah Gülen fokus pada pendidikan dengan
kurikulum sekuler diajarkan
oleh guru yang bercita-cita untuk "mewakili" nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Peserta relawan dalam gerakan,
terdiri dari mahasiswa, akademisi,
pemilik bisnis, profesional, pejabat
publik, petani, pria dan wanita,
tua dan muda, berkontribusi terhadap berbagai
cara pelayanan, yang diselenggarakan
di pusat pelatihan, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, sebuah organisasi bantuan besar, penerbitan, dan lembaga media, baik di Turki maupun
di berbagai negara di dunia.
Gerakan yang
dilakukan Fethullah Gülen memberikan pesan bahwa janganlah sekali-kali kita
menahan harta hak orang lain. Cari sampai dapat sebisa mungkin orang yang kita
bawa hartanya dan serahkan harta itu karena memang harta itu miliknya.
Berbanggalah kita pada hak kita yang kita dapatkan dari jalan yang yang benar (harta
halal) walau mungkin "tidak seberapa". Kita itu ibarat gelas yang
mempunyai kapasitas tertentu, ketika harta itu bukan milik sesuai dengan
kapasitas kita maka tentunya akan tumpah sebagaimana air melebihinya.
Tugas kita
hanyalah berikhtiar untuk memenuhi gelas itu namun yang juga penting berikhtiar
pada jalan yang ditentukan-NYA. Jadilah manusia yang amanah dengan
mendistribusikan pada yang berhak bukan malah menumpuk untuk kepentingan kita
sendiri padahal kita tidak berhak akan hal itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Fethullah Gulen, Sang Perajut Jejaring Dunia Islam. <
http://www.suaramedia.com/ >. diakses pada tanggal 02 Desember 2011.
Anonim. A Brief Biography of Fethullah Gülen. < http://www.guleninstitute.org/> .
diakses pada tanggal 02 Desember 2011.
Anonim. 2011. Pendidikan sebagai Asas Kebangkitan Peradaban. < http://www.mediakampus.com/>. Diakses
pada tanggal 01 Desember 2011.
Gülen, M. Fethullah. 2002. Versi Terdalam : Kehidupan Rasul Allah
Muhammad SAW. PT.Grafindo Persada. Jakarta.
Khamami, A. Rizqon.
ISLAM KONTEMPORER : Memahami ajaran-ajaran Fethullah Gülen. Paper dipresentasikan pada
kuliah Metodologi Studi Islam, Program Pascasarjana (S3) IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
0 reflection:
Post a Comment