Rencana Usaha Budidaya
Rumput Laut di Belitung Timur
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Rumput
laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan pesisir yang memiliki nilai
ekonomis penting. Di Indonesia, jenis-jenis rumput laut yang mempunyai nilai
ekonomis adalah Euchema spp., Gracilaria spp., Gelidium spp., Sargassum
spp., dan Turbinaria spp. Dari jenis
tersebut yang telah dibudidayakan adalah jenis Euchema spp dan Gracilaria
spp. Euchema spp dibudidayakan di
perairan pantai/laut, sedangkan Gracilaria
spp dapat dibudidayakan di tambak. Jenis yang belum dapat dibudidayakan adalah Gelidium spp., Sargassum spp., dan Turbinaria
spp.
Dalam
bidang industri pemanfaatan rumput laut sangat luas. Rumput dimanfaatkan dalam
industri kembang gula, kosmetik, es krim, pasta gigi, shampoo, kapsul obat, pengharum sampai ke pakaian yang
bermotif warna dalam industri tekstil, keramik, film dan industri farmasi.
Selain untuk industri, rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai makanan karena
kandungan gizinya cukup tinggi. Di Jepang, Cina, Eropa, atau Amerika, rumput
laut telah lama digunakan sebagai makanan atau obat-obatan. Biasanya dibuat
menjadi nori, kombu, puding, sup, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.
Budidaya
rumput laut merupakan usaha padat karya dengan teknologi sederhana sehingga
pengembalian modal usaha sangat cepat dan didukung oleh pasar yang sangat
memadai serta mempunyai peluang yang cukup besar di pasar internasional.
Berkaitan
dengan produksi dan ekspor rumput laut, data statistik Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa total produksi rumput laut pada 2008 sekitar
2,14 juta ton. Tahun 2009 meningkat sebesar 5%. Sedangkan, Volume dan nilai
ekspor rumput laut pada tahun 2008 sebesar 102,4 ribu ton atau senilai
US$124,36 juta. Pasar ekspor terbesar yaitu 83% ke pasar Asia terutama China,
dilanjutkan dengan Eropa 9%, Amerika 6%, sisanya 2% ke Australia dan Afrika. Pasar
Eropa akan sangat potensial, karena benua itu memberlakukan kebijakan back to
nature di mana semua produk kosmetik harus berbahan baku alami.
Pemerintah
Indonesia menargetkan produksi rumput laut 10 juta ton pada tahun 2014. Target
nasional ini dibebankan 33 provinsi se-Indonesia dengan tetap menyesuaikan
kondisi perairan yang dimiliki propinsi-propinsi tersebut. Beberapa provinsi diantaranya
Maluku, Maluku Utara, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan provinsi di pulau Jawa merupakan daerah yang berpotensi cukup
tinggi.
Menurut
Kepala DKP Bangka Belitung Sugianto (2011), pesisir pantai Belitung, Belitung
Timur sangat potensial untuk dikembangkan budi daya rumput laut. Hal tersebut
didukung oleh kawasan yang belum terjamah kapal isap. Menurut data yang
diperoleh dari DKP Belitung timur, di tahun 2010 terdapat 5 kelompok petani
yang membudidayakan rumput laut dan dalam satu tahun total produksi mencapai
61,67 ton.
B. Visi
Mewujudkan
bisnis perikanan yang berkelanjutan
II.
Isi
A. Gambaran Ide Usaha
1.
Kekuatan
a.
Teknologi
budidayanya cukup sederhana,
b.
Tidak
diperlukan modal yang besar,
c.
Usaha
yang sangat menguntungkan,
d.
Dapat
dilakukan secara massal/hamparan
e.
Periode
pemeliharaan sangat singkat
f.
Permintaan
sangat besar
g.
Menyerap
tenaga kerja
h.
Produk
olahan beragam
2.
Kelemahan
a.
Belum
tersedianya data dan informasi yang akurat tentang luasan lahan dan tingkat
kelayakan lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut.
b.
Mudah
terserang penyakit
c.
Produksi
kecil dan berfluktuasi
d.
Kualitas
dan kuantitas bibit yang digunakan rendah
e.
Harga
tidak menentu lebih banyak ditentukan pembeli
f.
Mutu
dan penanganan pasca panen belum standar
3.
Peluang
a.
Adanya
dukungan pemerintah kabupaten
b.
Adanya
potensi daerah
c.
Sarana
dan prasarana usaha mudah diperoleh
d.
Akses
modal usaha terbuka luas
e.
Meningkatkan
pendapatan masyarakat pesisir
f.
Akses
pasar terbuka luas
g.
Mencegah
dan mengurangi degradasi ekosistem pesisir dari aktifitas destruktif fishing
4.
Ancaman
a.
Kawasan
pengembangan budidaya Belum Tertata
b.
Kajian
dan informasi penanganan penyakit masih Terbatas
c.
Jaminan
pasar
d.
Terbatasnya
dukungan kelembagaan
e.
Koordinasi
antara instansi/pihak terkait masih lemah.
B. Rencana Pelaksanaan Ide
1.
Specific (Spesifik)
Jenis
rumput laut yang akan dibudidaya adalah jenis Eucheuma cottonii. Budidaya dilakukan dengan metode tali panjang (longline method). Budidaya dilakukan
pada lokasi perairan yang memiliki surut terendah masih terendam air minimal 50
cm.
2.
Measurable (terukur)
Produk
budidaya Eucheuma cottonii disesuaikan
dengan permintaan pasar. Hal yang menjadi parameternya adalah kadar air.
3.
Achievable (dapat dicapai)
Rerata
laju pertumbuhan Eucheuma cottonii sekitar
4% sampai 6% perhari. setiap hektar menghasilkan 30 ton rumput laut basah dalam
1 siklus pemeliharaan, dan setiap kilogram rumput laut basah Rp1000 (perkiraan
harga minimal). Jika kadar air : 37%-35% dan Kotoran : maks.2%, maka harga
rumput laut mencapai Rp.9.500-11.000,-.
4.
Relevant (relevan)
Kualitas
rumput laut dipengaruhi oleh teknik budidaya, umur panen dan penanganan pasca
panen. Penanganan pasca panen meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan
kotoran, pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Hal tersebut harus
diperhatikan agar rumput laut mendapatkan kualitas yang maksimal.
5.
Time-Bound
(Batas waktu)
Batas
waktu 1 siklus pemeliharaan 45.
C. Analisis Usaha
III.
Referensi
Anonim.
2006. Laporan Akhir Penelitian Budidaya Rumput Laut (Euchema spp ) Di Perairan
Pesisir Pulau Auki,Distrik Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Propinsi Papua. Pemerintah
Kabupaten Biak Numfor Badan Perencanaan Dan Pengendalian Pembangunan Daerah.
Biak.
Anonim.
2010. Awal Menuju Kluster Rumput Laut Di Bangka. <http://tphpi.wordpress.com>.
Diakses 14 Maret 2011.
Anonim.
2010. Data Statistik Produksi Perikanan Budidaya Rumput Laut di Belitung Timur.
DKP Belitung Timur.
Anonim.
2010. Karimunjawa Supply Bibit Rumput Laut.
<http://seaweed81jpr.blogspot.com/>. Diakses 14 Maret 2011.
Dendi,
A., H.J Heille, dan Arif, S. 2005. Mengurangi Kemiskinan Melalui Pengembangan
Ekonomi Kelautan Berkelanjutan Berbasis Kerakyatan (Kasus Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat). Penanggulangan Kemiskinan dan Dukungan Pemerintahan Daerah di
NTB dan NTT. Makalah.
Fahrul.2006.
Panen dan Pasca Panen. Jurnal. Yayasan Mattirotasi. Makasar.
Kurniawan,
A. 2011. Potensi Rumput Laut di Babel. <http://cetak.bangkapos.com/opini/>.
Diakses 14 Maret 2011
Mustari,
T. 2006. Kajian Teknis Usaha Perikanan Tangkap Dan Budidaya Sebagai Mata
Pencaharian Alternatif. Jurnal. Diakses 14 Maret 2011.
0 reflection:
Post a Comment