Wednesday, March 17, 2010

Lomba : Rumput Laut

Rencana Usaha Budidaya Rumput Laut di Belitung Timur
I.       Pendahuluan
A.  Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya perikanan pesisir yang memiliki nilai ekonomis penting. Di Indonesia, jenis-jenis rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis adalah Euchema spp., Gracilaria spp., Gelidium spp., Sargassum spp., dan Turbinaria spp. Dari jenis tersebut yang telah dibudidayakan adalah jenis Euchema spp dan Gracilaria spp. Euchema spp dibudidayakan di perairan pantai/laut, sedangkan Gracilaria spp dapat dibudidayakan di tambak. Jenis yang belum dapat dibudidayakan adalah Gelidium spp., Sargassum spp., dan Turbinaria spp.
Dalam bidang industri pemanfaatan rumput laut sangat luas. Rumput dimanfaatkan dalam industri kembang gula, kosmetik, es krim, pasta gigi, shampoo,  kapsul obat, pengharum sampai ke pakaian yang bermotif warna dalam industri tekstil, keramik, film dan industri farmasi. Selain untuk industri, rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai makanan karena kandungan gizinya cukup tinggi. Di Jepang, Cina, Eropa, atau Amerika, rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan atau obat-obatan. Biasanya dibuat menjadi nori, kombu, puding, sup, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.
Budidaya rumput laut merupakan usaha padat karya dengan teknologi sederhana sehingga pengembalian modal usaha sangat cepat dan didukung oleh pasar yang sangat memadai serta mempunyai peluang yang cukup besar di pasar internasional.
Berkaitan dengan produksi dan ekspor rumput laut, data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa total produksi rumput laut pada 2008 sekitar 2,14 juta ton. Tahun 2009 meningkat sebesar 5%. Sedangkan, Volume dan nilai ekspor rumput laut pada tahun 2008 sebesar 102,4 ribu ton atau senilai US$124,36 juta. Pasar ekspor terbesar yaitu 83% ke pasar Asia terutama China, dilanjutkan dengan Eropa 9%, Amerika 6%, sisanya 2% ke Australia dan Afrika. Pasar Eropa akan sangat potensial, karena benua itu memberlakukan kebijakan back to nature di mana semua produk kosmetik harus berbahan baku alami.
Pemerintah Indonesia menargetkan produksi rumput laut 10 juta ton pada tahun 2014. Target nasional ini dibebankan 33 provinsi se-Indonesia dengan tetap menyesuaikan kondisi perairan yang dimiliki propinsi-propinsi tersebut. Beberapa provinsi diantaranya Maluku, Maluku Utara, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan provinsi di pulau Jawa merupakan daerah yang berpotensi cukup tinggi.
Menurut Kepala DKP Bangka Belitung Sugianto (2011), pesisir pantai Belitung, Belitung Timur sangat potensial untuk dikembangkan budi daya rumput laut. Hal tersebut didukung oleh kawasan yang belum terjamah kapal isap. Menurut data yang diperoleh dari DKP Belitung timur, di tahun 2010 terdapat 5 kelompok petani yang membudidayakan rumput laut dan dalam satu tahun total produksi mencapai 61,67 ton.


B.  Visi
Mewujudkan bisnis perikanan yang berkelanjutan
II.      Isi
A.  Gambaran Ide Usaha
1.    Kekuatan
a.    Teknologi budidayanya cukup sederhana,
b.    Tidak diperlukan modal yang besar,
c.    Usaha yang sangat menguntungkan,
d.    Dapat dilakukan secara massal/hamparan
e.    Periode pemeliharaan sangat singkat
f.     Permintaan sangat besar
g.    Menyerap tenaga kerja
h.    Produk olahan beragam

2.    Kelemahan
a.    Belum tersedianya data dan informasi yang akurat tentang luasan lahan dan tingkat kelayakan lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut.
b.    Mudah terserang penyakit
c.    Produksi kecil dan berfluktuasi
d.    Kualitas dan kuantitas bibit yang digunakan rendah
e.    Harga tidak menentu lebih banyak ditentukan pembeli
f.     Mutu dan penanganan pasca panen belum standar

3.    Peluang
a.    Adanya dukungan pemerintah kabupaten
b.    Adanya potensi daerah
c.    Sarana dan prasarana usaha mudah diperoleh
d.    Akses modal usaha terbuka luas
e.    Meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir
f.     Akses pasar terbuka luas
g.    Mencegah dan mengurangi degradasi ekosistem pesisir dari aktifitas destruktif fishing

4.    Ancaman
a.    Kawasan pengembangan budidaya Belum Tertata
b.    Kajian dan informasi penanganan penyakit masih Terbatas
c.    Jaminan pasar
d.    Terbatasnya dukungan kelembagaan
e.    Koordinasi antara instansi/pihak terkait masih lemah.

B.  Rencana Pelaksanaan Ide
1.    Specific (Spesifik)
Jenis rumput laut yang akan dibudidaya adalah jenis Eucheuma cottonii. Budidaya dilakukan dengan metode tali panjang (longline method). Budidaya dilakukan pada lokasi perairan yang memiliki surut terendah masih terendam air minimal 50 cm.

2.    Measurable (terukur)
Produk budidaya Eucheuma cottonii disesuaikan dengan permintaan pasar. Hal yang menjadi parameternya adalah kadar air.

3.    Achievable (dapat dicapai)
Rerata laju pertumbuhan Eucheuma cottonii sekitar 4% sampai 6% perhari. setiap hektar menghasilkan 30 ton rumput laut basah dalam 1 siklus pemeliharaan, dan setiap kilogram rumput laut basah Rp1000 (perkiraan harga minimal). Jika kadar air : 37%-35% dan Kotoran : maks.2%, maka harga rumput laut mencapai Rp.9.500-11.000,-.

4.    Relevant (relevan)
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh teknik budidaya, umur panen dan penanganan pasca panen. Penanganan pasca panen meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran, pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Hal tersebut harus diperhatikan agar rumput laut mendapatkan kualitas yang maksimal.

5.    Time-Bound (Batas waktu)
Batas waktu 1 siklus pemeliharaan 45.

  
C.  Analisis Usaha


III.    Referensi

Anonim. 2006. Laporan Akhir Penelitian Budidaya Rumput Laut (Euchema spp ) Di Perairan Pesisir Pulau Auki,Distrik Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Propinsi Papua. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor Badan Perencanaan Dan Pengendalian Pembangunan Daerah. Biak.

Anonim. 2010. Awal Menuju Kluster Rumput Laut Di Bangka. <http://tphpi.wordpress.com>. Diakses 14 Maret 2011.

Anonim. 2010. Data Statistik Produksi Perikanan Budidaya Rumput Laut di Belitung Timur. DKP Belitung Timur.

Anonim. 2010. Karimunjawa Supply Bibit Rumput Laut. <http://seaweed81jpr.blogspot.com/>. Diakses 14 Maret 2011.

Dendi, A., H.J Heille, dan Arif, S. 2005. Mengurangi Kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan Berbasis Kerakyatan (Kasus Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat). Penanggulangan Kemiskinan dan Dukungan Pemerintahan Daerah di NTB dan NTT. Makalah.

Fahrul.2006. Panen dan Pasca Panen. Jurnal. Yayasan Mattirotasi. Makasar.

Kurniawan, A. 2011. Potensi Rumput Laut di Babel. <http://cetak.bangkapos.com/opini/>. Diakses 14 Maret 2011

Mustari, T. 2006. Kajian Teknis Usaha Perikanan Tangkap Dan Budidaya Sebagai Mata Pencaharian Alternatif. Jurnal. Diakses 14 Maret 2011.

 signature

0 reflection:

Post a Comment