I.
PENDAHULUAN
Budidaya
pakan alami dapat diartikan sebagai budidaya dan pakan alami. Budidaya adalah
segala upaya daya manusia di dalam memberdayakan sumberdaya alami secara
lestari untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri. Manusia dapat
meningkatkan sumberdaya alam dengan berbagai teknologi yang dimilikinya guna
kesejahteraan hidupnya tetapi tidak boleh merusak sumberdaya tersebut.
Pakan
alami dimaksudkan sebagai plasma nutfh perikanan berupa tumbuhan air dan hewan
air. Tumbuhan air merupakan plasma nutfah yang bersifat autotrof yaitu dapat
menggunakan unsur – unsur yang disediakan oleh alam seperti air, unsur hara,
sinar matahari dan dengan bantuan butir hijau daun atau klorofil terjadilah
proses fotosintesis yang menghasilkan gula, oksigen, dan energi.
Berbagai
persyaratan fisik, kimia, kesehatan, biologis dan manajemen harus dipenuhi bagi
plankton (tumbuhan dan hewan mikro) agar dapat berperanan sebagai pakan benih
perikanan yang baik.
a.
Persyaratan
Fisik
-
Pakan harus
mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada bukaan mulut benih hewan air atau
ikan dan lainnya. Misal ukuran pakan alami : Chlorella sp. 5 - 11µ; Spirulina
sp. 1 - 12 µ. Bukaan mulut larva kakap putih 250 µ (32 jam setelah menetas);
bandeng 200 µ (54 jam setelah menetas).
-
Pakan alami
harus mudah dilihat oleh larva. Misal warnanya sehingga plankton mudah
ditangkap oleh ikan, plankton yang mempunyai daya apung yang baik sehingga
dapat melayang – layang dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan mudah
ditangkap oleh benih ikan.
b.
Persyaratan
Kimia
Kandungan zat gizi plankton sebagai
pakan sangat menentukan pertumbuhan larva hewan air. Bila kandungan gizinya
cukup baik jumlah dan kualitasnya maka berkemungkinan besar untuk dapat
mempercepat pertumbuhan larva hewan air demikian sebaliknya.
-
Protein
berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan secara normal, perawatan
jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak dan pembentukan sel-sel baru,
untuk pertumbuhan, pembentukan hormon, enzim, antibodi, haemoglobin, dan
lain-lain.
-
Lemak
berfungsi untuk sumber energi, komponen membran seluler dan sub seluler, sumber
asam lemak essential, pelarut vitamin A,D, E, K; sumber steroid. Asam lemak
essential berperan penting untuk perawatan dan integritas membran seluler dan
berbagai prekursor hormon prostaglandin. Steroid kolestrol berperan sebagai
prekursor vitamin D3, asam empedu, hormon steroid (androgen, estrogen, hormon
andrenalin,dan kortikosteroid) dan perawatan sistem membran.
-
Karbohidrat
berperan sebagai sumber energi selain protein dan lemak.
-
Vitamin
merupakan senyawa organik komplek yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perawatan,
dan reproduksi.
-
Mineral
merupakan komponen penting untuk membentuk struktur tulang dan gigi, berfungsi
mempertahankan tekanan osmosis untuk mengatur pertukaran cairan dan bahan
terlarut dalam tubuh.
-
Air berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan dalam tubuh, meratakan suhu, mengangkut limbah,
menstabilkan cairan sel, sebagai media terjadinya proses biokimia dalam sel dan
lain-lain.
-
Serat dapat
memperlancar pembuangan kotoran dari dalam usus.
c.
Kesehatan
-
Tidak
meracuni benih ikan
-
Tidak
mencemari lingkungan hidup benih
-
Pakan alami
bukan sebagai inang organisme patogen atau parasit.
d.
Persyaratan
Biologis
-
organisme
pakan alami harus bebas dari sumber pencemaran logam berat
-
organisme
pakan alami harus bebas dari penyakit dan parasit
e.
Manajemen
Pakan Alami
-
Alat fisik
yang steril
-
Teknik
budidaya harus menggunakan model teknik budidaya yang efektif.
-
Pemanenan dan
penanganan pasca panen dari hasil budidaya pakan alami harus tepat.
II.
BUDIDAYA PAKAN ALAMI
A.
Budidaya Chlorella
1. Lingkungan Hidup Chlorella
-
unsur hara
yang dibutuhkan oleh Chlorella terdiri dari 2 macam, yaitu unsur hara makro dan
mikro. Unsur hara mikro terdiri dari N, P, K, S, Na, Si, Ca sedangkan unsur
hara makro terdiri dari Fe, Zn, Cu, Mg, Mn, Mo, Co, B dan lain – lain.
-
Chlorella
membutuhkan intensitas cahaya sekitar 5.000 – 10.000 lux (lampu listrik 40 watt
= 4000 lux).
-
Strain
psikofilik hidup pada suhu 10-150C, stain mesofilik hidup pada suhu
16-34oC (optimum 25-30oC), strain thermofilik hidup pada
suhu 35-45oC.
-
Chlorella
yang dibudidayakan memerlukan pH sekitar 4,5 – 5,6.
-
Gas
karbondioksida yang diperlukan secara normal sekitar 5%. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dapat diusahakan dengan aerasi pada tempat budidaya
Chlorella.
Fase pertumbuhan Chlorella
a. Fase Istirahat
sesaat
setelah pemasukan bibit Chlorella ke dalam media budidaya, populasinya
mengalami perubahan. Kemudian setelah beberapa waktu sel Chlorella mulai
berubah, secara fisiologis sangat aktif dan terjadi proses sintesis baru.
Chlorella melakukan metabolisme, tetapi belum pembelahan sel sehingga jumlah
populasi belum bertambah.
b. Fase Logaritmik atau esponensial
pada
fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada
keadaan lingkungan yang optimum (cahaya, pH, Nutrisi dan karbondioksida), maka
laju pertumbuhan populasi dan ukuran sel mencapai maksimal.
c. Fase Berkurangnya pertumbuhan relatif
pada
fase ini terjadilah fase transisi dari pertumbuhan logaritmik beralih ke fase
stasioner yang berlangsung sesaat.
d. fase stasioner
Pada
fase ini pertumbuhan mulai menurun bila dibandingkan dengan fase logaritmik.
Hal tersebut berkaitan dengan terbatasnya nutrisi yang cenderung semakin
menurun karena tidak ditambah dari luar.
Laju
reproduksi relatif seimbang dengan laju kematian, maka populasi Chlorella tetap
tidak berubah dalam waktu beberapa hari dan akhirnya memasuki fase kematian.
e. fase Kematian
Pada
fase ini laju kematian atau penurunan jumlah populsi lebih cepat daripada laju
reproduksi. Penurunan jumlah populasi disebabkan karena tidak terdapat
penambahan nutrisi baru dari luar pada media budidaya tersebut. Nutrisi yang
tersedia telah habis digunakan oleh Chlorella untuk pertumbuhan.
2. Tahap Budidaya Chlorella
Tahapan membudidayakan Chlorella adalah
a. koleksi
Bertujuan
untuk memperoleh bibit Chlorella dari perairan alami, seperti sungai, danau,
rawa dan lain-lain. Chlorella disaring menggunakan jaring plankton yang mata
jaringnya berukuran 30 mes/cm2. Hasil penyaringan ditampung di dalam
gelas piala pada ujung jaring jaring plankton yang disebut kolektor dengan
volume 50 cc.
Apabila
kepadatan plankton dalam perairan alami rendah maka contoh air yang disaring
sebanyak 10 – 15 liter. Tetapi bila kepadatannya tinggi cukup menyaring air
alami 5 – 10 liter. Organisme tersebut dipindahkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian dibawa ke laboratorium dan diusahakan tetap bertahan hidup karena akan
digunakan untuk isolasi.
b. Pemurnian
pemurnian
bertujuan untuk memisahkan atau memurnikan Chlorella dari organisme lainnya
yang bersama – sama dalam contoh air alami yang disaring menggunakan jaring
plankton.
3. Budidaya Chlorella Massal untuk Pakan Hewan
a. Kandungan mineral dan vitamin
Kandungan vitamin pada Chlorella lebih
bernilai daripada vitamin dalam sayuran pada umumnya.
Bahan Pakan
|
A
|
B1
|
B2
|
B6
|
Asam nikotinik
|
C
|
Kedelai
|
0,06
|
5,7
|
2,3
|
4 – 7
|
34
|
0
|
Ragi
|
0
|
50 – 250
|
20 – 36
|
50 – 100
|
300
|
0
|
Bayam
|
600,0
|
15
|
38
|
64
|
130
|
13.000
|
Susu
|
4,0
|
3
|
13
|
1,3
|
10
|
50
|
Chlorella
|
1000 – 3000
|
4 – 24
|
9,0
|
9,0
|
120 -240
|
2000 - 5000
|
b. Tingkat daya cerna
Tingkat
daya cerna sangat penting. Chlorella yang masih muda dindingnya sangat halus
dan tipis, sangat mudah dicerna dan tingkat daya cerna lebih dari 90 %. Tetapi
untuk Chlorella yang telah tua, dinding selnya sangat tebal dan kuat serta
ulet, oleh karena itu tingkta daya cernanya kurang dari 60%. Tingkat daya cerna
Chlorella dari berbagai bentuk perlakuan dapat dilihat pada tabel.
Bentuk Perlakuan Chlorella
|
Daya Cerna (%)
|
Dikeringkan di bawah sinar matahari
|
51 – 54
|
Digiling menjadi tepung kering
|
61 – 64
|
Dipucatkan (blanching),
tepung kering
|
70 – 80
|
Dipucatkan (alkohol), tepung kering
|
73 – 82
|
Dijadikan pasta bash, sel muda
|
90 - 92
|
c. Bibit Chlorella
Bibit Chlorella yang aktif tidak hidup
karena bebatuan dari berbagai fasilitas. Bibit Chlorella dapat diaklimatisasi
ke dalam media buatan sebelum digunakan. Hal tersebut tidak baik bila starter
tersebut diaklimatisasi berulang-ulang dalam waktu lama sampai diperoleh sifat
yang stabil.
d. Cara Budidaya massal Chlorella untuk pakan
Bentuk Kolam
Kolam budidaya
Chlorella untuk pakan hewan merupakan kolam dangkal tanpa kontruksi khusus dan
perlengkapan istemewa seperti monitor agitator, generator CO2,
aerasi agitator, cahaya listrik dan lain-lain. Kontruksi kolam dihubungkan
secara seri. Bentuk persegi panjang lebih umum dipilih dan kedalaman tidak
lebih dari 50 cm. Sebagai pedoman untuk budidaya massal bahwa dengan luas kolam
sekitar 0,8 m2, kedalaman air sekitar 10-20 cm.
Pupuk
Unsur N sangat penting dan digunakan
sebagai alat pengukur ekonomi bagi
budidaya Chlorella. Dekomposisi bahan organik yang berupa organ-organ dalam
dari ikan, ampas minyak, kotoran ternak, urin ternak, kotoran unggas, tepung
darah, merupakan sumber N yang istimewa bagi Chlorella. Bakteri seperti bacili
sprofit bertugas sebagai dekomposer bahan organik dan akan dihasilkan amonium
dan CO2, keduanya akan akan dimanfaarkan oleh Chlorella.
Kebutuhan air
Air sangat penting bagi Chlorella dan
tanpa air Chlorella tidak dapat hidup. Air untuk budidaya Chlorella dapat dari
berbagai sumber, misalnya air kota, air sumur, air sungai, air waduk dan
lain-lain.
Kebutuhan
cahaya
Aktivitas Chlorella secara umum dapat
mencapai maksimum pada saat intensitas cahaya yang diterimanya berkisar 5000 –
10.000 lux.
Pasokan gas
CO2
Pupuk alami berupa kotoran ayam, air
limbah dapat menggantikan pasokan gas CO2 yang rendah. Dengan
bantuan aktivitas bakteri untuk dekomposisi kotoran ayam dan limbah air akan
dihasilkan banyak gas CO2. Gas CO2 inilah yang
dimanfaatkan oleh Chlorella untuk proses fotosintesis.
Pengaturan pH
Chlorella berkembangbiak dengan sangat
aktif dalam kolam atau paya-paya pada saat pH nya sekitar 5,0 – 7,0.
Pengaruh
elemen mikro
Chlorella seperti halnya tumbuhan
hijau umumnya, memerlukan elemen seperti C, H, O, N, P, K, Mg, Fe, Mn, B, S,
Cu, Al dan sebagainya. Apabila terjadi
gejala kekurangan elemen mikro, maka dapat dengan menambahkan sedikit tanah
akan dapat memenuhi kebutuhannya. Elemen P, K, Mg diperlukan dalam jumlah
relatif besar, tetapi hal ini dapat dipenuhi bila ke dalam media budidaya
digunakan kotoran dan urin dari ternak sebagai pupuk. Bila bertujuan
meningkatkan kandungan klorofil supaya tampak hijau tua, maka jumlah penggunaan
N, Mg, Fe ditingkatkan jumlahnya.
Penambahan
bahan untuk pertumbuhan
Bila pupuk organik belum didekomposisi
sempurna, maka nitrogen organik belum berubah menjadi amonium dan elemen inilah
yang dapat diserap oleh Chlorella. Proses dekomposisis bahan tersebut dapat
dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil enzim urase. Enzim urase dapat
diperoleh dari tepung kedelai.
Pengendalian
budidaya
Sinar Matahari
Kolam budidaya Chlorella harus
diusahakan selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang hari. Sinar matahari
yang diterima oleh setiap individu Chlorella dengan baik, maka Chlorella akan
tumbuh optimal di seluruh kolam.
Pengadukan Air
Chlorella yang di dasar kolam akan
terhambat pertumbuhannya, oleh sebab itu diperlukan pengadukan air secara
merata, sehingga Chlorella tersebut terangkat diatas dan berada di permukaan
air.
Suhu Air
Pada umumnya tidak terdapat cara
khusus untuk mengendalikan suhu air. Chlorella berkembangbiak dengan
fotosintesis pada suhu optimumnya, misalnya Chlorella
pyrenoidosa strain Tamiya suhu optimumnya 35 – 36oC.
Pengontrolan pH
Chlorella dapat tumbuh dengan baik
pada pH 4,5 – 8,0. sering terjadi pH turun di bawah 4,5 atau naik di atas 8,0.
Di dalam pemanfaatan pupuk alami, misalnya kotoran ayam atau air limbah, pH
seringkali alkalis kadang-kadang lebih tinggi dari 8,5, maka keadaan ini perlu
pengaturan pH.
Penambahan Pupuk
Penambahan pupuk harus tepat baik
tentang waktu dan jumlahnya, sebab bila tidak tepat dapat merugikan. Penambahan
pupuk yang baik dapat dilakukan pada waktu setelah terjadi hujan lebat atau
pada waktu terjadi panas yang terik. Pemberian dilakukan sedikit demi sedikit
setiap hari.
Melawan Kontaminan
Bibit Chlorella untuk budidaya pakan
hewan berasal dari lingkungan alami dan kontaminan tidak menjadi masalah, sebab
Chlorella justru dapat hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan
kontaminan. Misalnya dengan kontaminan bakteri saprofit, Chlorella dari proses
fotosintesis menghasilkan O2 dan gas ini dimanfaatkan oleh Chlorella
untuk proses fotosintesis.
Pengaruh Musim
Perubahan musim berpengaruh terhadap
pertumbuhan Chlorella. Pemilihan strain yang aktif dari Chlorella untuk
budidaya sesuai dengan musim adalah tahap kegiatan awal yang baik untuk
keberhasilan budidaya massal. Merupakan cara terbaik bila setiap pergantian
musim juga dilakukan pergantian bibit, walaupun hal itu merepotkan usaha
budidaya.
Perubahan Warna
Chlorella secara visual tampak hijau
karena pigmen butir hijau daun atau klorofil a dan b. selain itu Chlorella
mengadung pigmen lain yaitu pigmen kuning dan pigmen oranye. Perubahan warna
Chlorella dipengaruhi oleh nutrisi yang rendah, pH >8,5, sinar matahari yang
terlalu kuat.
Kemerosotan Chlorella
Penyebab kemerosotan Chlorella yang
dibudidayakan, antara lain disebabkan oleh perubahan pH tiba-tiba, perubahan
suhu dengan mendadak, perubahan komponen mineral, gangguan kontaminan dan
lain-lain.
Panen
Pertanian Chlorella dicirikan oleh
hasil yang banyak sepanjang tahun. Hasil Chlorella dapat dipanen setiap 3-4
hari sekali dari kegiatan budidaya dalam kolam. Teknik panen untuk budidaya
Chlorella bertujuan untuk hewan sangan mudah tanpa menggunaka alat-alat
istimewa, sehingga biaya panen sangat rendah.
1)
Menentukan
waktu panen
Petani Chlorella dapat memutuskan
kapan panen akan dilakukan dengan berpedoman kepada warna Chlorella secara
visual. Bila warna hijau tua berarti Chlorella telah masak dan konsentrasinya
> 0,5 – 1%.
2)
Budidaya
berlanjut
Suatu sistem budidaya Chlorella yang
ideal adalah sistem budidaya berlanjut. Jumlah Chlorella yang dipanen sebanyak
70% dikeluarkan dari kolam budidaya dengan cara mengalirkan Chlorella bersama
media airnya masuk ke dalam kolam tampung khusus untuk diproses lebih lanjut.
Sisa panen sebanyak 30 % dibiarkan
dalam kolam budidaya semula, berfungsi sebagai bibit awal dan tampak berwarna
hijau cerah sebab kepadatannya lebih rendah dari semula.
3)
Perlakuan
panen
Pada budidaya murni di laboratorium,
untuk memanen Chlorella atau mengumpulkan diperlukan alat sentrifuge. Tetapi
untuk mengumpulkan Chlorella dari budidaya massal alat sentrifuge tidak
efektif.
Untuk mengumpulkan hasil panen
digunakan bahan kimia guna menggumpalkan Chlorella yang telah dimasukkan ke
dalam kolam penampungan. Tawas adalah reagen kimia yang efektif dalam
menggumpalkan populasi Chlorella dan dengan konsentrasi 0.05%.
4)
Perlakuan dan
penyimpanan hasil
Pasta Chlorella atau gumpalan
Chlorella setelah sipisahkan dari supernatan dan telah dicuci maka diperlakukan
lebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan hewan. Perlakuan berupa perebusan,
pengeringan, dan fermentasi.
B.
Budidaya Spirulina
Bila dilihat di bawah mikroskop, Spirulina tampak
seperti filamen berbentuk spiral berwarna hijau biru. Filamen ini merupakan
koloni sel dan dapat bergerak sepanjang sumbunya.
Spirulina tumbuh dengan baik pada perairan
alkalin, dengan kandungan garam sampai 270 g/l, tetapi pertumbuhan optimal pada
kandungan garam 20-70 g/l. Jenis alga ini masih dapat tumbuh baik pada pH
7-11,3 , dengan pH optimal berkisar antara 8 – 11. suhu optimum bagi Spirulina
sekitar 32 – 35 oC dan pada suhu 40oC mereka dapat tumbuh
dan berkembang.
Untuk memperoleh bibit murni dari alam dapat
dilakukan teknik pengenceran berulang dengan menggunakan media Zarrouk atau
media CFTRI (1) dan (2).
Budidaya massal Spirulina setelah diperoleh bibit
murni dengan cara Zarrouk atau media CFTRI (1) dan (2) dapat dilakukan dalam
bak – bak beton persegi panjang atau menggunakan tempat tertutup. Pupuk untuk
budidaya massal dapat berupa pupuk organik seperti kotoran hewan dan dapat pula
menggunakan pupuk organik berupa urea 10-50 ppm, ZA 20-10 0ppm, TSP 10-20 ppm
Teknik pemanenan Spirulina dilakukan dengan 2
cara, yaitu panen total dan panen sebagian. Panen total dilakukan dengan
memanen seluruh Spirulina dalam kolam jadi hannya satu siklus yaitu dengan
memindahkan Spirulina beserta media budidaya ke bak lain yang membutuhkan,
misalnua bak budiaya Brachionus atau bibit ikan. Panen parsial yaitu Spirulina
dalam kolam hanya dipanen sebagian saja 50 – 75% dan sisanya 25 – 50 %
ditinggalkan untuk bibit budidaya berikutnya.
0 reflection:
Post a Comment