Tuesday, January 06, 2009

Tugas Kuliah : Pakan Alami


I.             PENDAHULUAN
         Budidaya pakan alami dapat diartikan sebagai budidaya dan pakan alami. Budidaya adalah segala upaya daya manusia di dalam memberdayakan sumberdaya alami secara lestari untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri. Manusia dapat meningkatkan sumberdaya alam dengan berbagai teknologi yang dimilikinya guna kesejahteraan hidupnya tetapi tidak boleh merusak sumberdaya tersebut.
         Pakan alami dimaksudkan sebagai plasma nutfh perikanan berupa tumbuhan air dan hewan air. Tumbuhan air merupakan plasma nutfah yang bersifat autotrof yaitu dapat menggunakan unsur – unsur yang disediakan oleh alam seperti air, unsur hara, sinar matahari dan dengan bantuan butir hijau daun atau klorofil terjadilah proses fotosintesis yang menghasilkan gula, oksigen, dan energi.
         Berbagai persyaratan fisik, kimia, kesehatan, biologis dan manajemen harus dipenuhi bagi plankton (tumbuhan dan hewan mikro) agar dapat berperanan sebagai pakan benih perikanan yang baik.
a.       Persyaratan Fisik
-          Pakan harus mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada bukaan mulut benih hewan air atau ikan dan lainnya. Misal ukuran pakan alami : Chlorella sp. 5 - 11µ; Spirulina sp. 1 - 12 µ. Bukaan mulut larva kakap putih 250 µ (32 jam setelah menetas); bandeng 200 µ (54 jam setelah menetas).
-          Pakan alami harus mudah dilihat oleh larva. Misal warnanya sehingga plankton mudah ditangkap oleh ikan, plankton yang mempunyai daya apung yang baik sehingga dapat melayang – layang dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan mudah ditangkap oleh benih ikan.
b.      Persyaratan Kimia
Kandungan zat gizi plankton sebagai pakan sangat menentukan pertumbuhan larva hewan air. Bila kandungan gizinya cukup baik jumlah dan kualitasnya maka berkemungkinan besar untuk dapat mempercepat pertumbuhan larva hewan air demikian sebaliknya.
-          Protein berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan secara normal, perawatan jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang rusak dan pembentukan sel-sel baru, untuk pertumbuhan, pembentukan hormon, enzim, antibodi, haemoglobin, dan lain-lain.
-          Lemak berfungsi untuk sumber energi, komponen membran seluler dan sub seluler, sumber asam lemak essential, pelarut vitamin A,D, E, K; sumber steroid. Asam lemak essential berperan penting untuk perawatan dan integritas membran seluler dan berbagai prekursor hormon prostaglandin. Steroid kolestrol berperan sebagai prekursor vitamin D3, asam empedu, hormon steroid (androgen, estrogen, hormon andrenalin,dan kortikosteroid) dan perawatan sistem membran.
-          Karbohidrat berperan sebagai sumber energi selain protein dan lemak.
-          Vitamin merupakan senyawa organik komplek yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perawatan, dan reproduksi.
-          Mineral merupakan komponen penting untuk membentuk struktur tulang dan gigi, berfungsi mempertahankan tekanan osmosis untuk mengatur pertukaran cairan dan bahan terlarut dalam tubuh.
-          Air berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan dalam tubuh, meratakan suhu, mengangkut limbah, menstabilkan cairan sel, sebagai media terjadinya proses biokimia dalam sel dan lain-lain.
-          Serat dapat memperlancar pembuangan kotoran dari dalam usus.
c.       Kesehatan
-          Tidak meracuni benih ikan
-          Tidak mencemari lingkungan hidup benih
-          Pakan alami bukan sebagai inang organisme patogen atau parasit.
d.      Persyaratan Biologis
-          organisme pakan alami harus bebas dari sumber pencemaran logam berat
-          organisme pakan alami harus bebas dari penyakit dan parasit
e.       Manajemen Pakan Alami
-          Alat fisik yang steril
-          Teknik budidaya harus menggunakan model teknik budidaya yang efektif.
-          Pemanenan dan penanganan pasca panen dari hasil budidaya pakan alami harus tepat.




II.          BUDIDAYA PAKAN ALAMI
A. Budidaya Chlorella
1. Lingkungan Hidup Chlorella
-          unsur hara yang dibutuhkan oleh Chlorella terdiri dari 2 macam, yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro terdiri dari N, P, K, S, Na, Si, Ca sedangkan unsur hara makro terdiri dari Fe, Zn, Cu, Mg, Mn, Mo, Co, B dan lain – lain.
-          Chlorella membutuhkan intensitas cahaya sekitar 5.000 – 10.000 lux (lampu listrik 40 watt = 4000 lux).
-          Strain psikofilik hidup pada suhu 10-150C, stain mesofilik hidup pada suhu 16-34oC (optimum 25-30oC), strain thermofilik hidup pada suhu 35-45oC.
-          Chlorella yang dibudidayakan memerlukan pH sekitar 4,5 – 5,6.
-          Gas karbondioksida yang diperlukan secara normal sekitar 5%. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat diusahakan dengan aerasi pada tempat budidaya Chlorella.
Fase pertumbuhan Chlorella
a. Fase Istirahat
      sesaat setelah pemasukan bibit Chlorella ke dalam media budidaya, populasinya mengalami perubahan. Kemudian setelah beberapa waktu sel Chlorella mulai berubah, secara fisiologis sangat aktif dan terjadi proses sintesis baru. Chlorella melakukan metabolisme, tetapi belum pembelahan sel sehingga jumlah populasi belum bertambah.

b. Fase Logaritmik atau esponensial
      pada fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada keadaan lingkungan yang optimum (cahaya, pH, Nutrisi dan karbondioksida), maka laju pertumbuhan populasi dan ukuran sel mencapai maksimal.
c. Fase Berkurangnya pertumbuhan relatif
      pada fase ini terjadilah fase transisi dari pertumbuhan logaritmik beralih ke fase stasioner yang berlangsung sesaat.
d. fase stasioner
      Pada fase ini pertumbuhan mulai menurun bila dibandingkan dengan fase logaritmik. Hal tersebut berkaitan dengan terbatasnya nutrisi yang cenderung semakin menurun karena tidak ditambah dari luar.
      Laju reproduksi relatif seimbang dengan laju kematian, maka populasi Chlorella tetap tidak berubah dalam waktu beberapa hari dan akhirnya memasuki fase kematian.
e. fase Kematian
      Pada fase ini laju kematian atau penurunan jumlah populsi lebih cepat daripada laju reproduksi. Penurunan jumlah populasi disebabkan karena tidak terdapat penambahan nutrisi baru dari luar pada media budidaya tersebut. Nutrisi yang tersedia telah habis digunakan oleh Chlorella untuk pertumbuhan.

2. Tahap Budidaya Chlorella
Tahapan membudidayakan Chlorella adalah
a. koleksi
      Bertujuan untuk memperoleh bibit Chlorella dari perairan alami, seperti sungai, danau, rawa dan lain-lain. Chlorella disaring menggunakan jaring plankton yang mata jaringnya berukuran 30 mes/cm2. Hasil penyaringan ditampung di dalam gelas piala pada ujung jaring jaring plankton yang disebut kolektor dengan volume 50 cc.
      Apabila kepadatan plankton dalam perairan alami rendah maka contoh air yang disaring sebanyak 10 – 15 liter. Tetapi bila kepadatannya tinggi cukup menyaring air alami 5 – 10 liter. Organisme tersebut dipindahkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dibawa ke laboratorium dan diusahakan tetap bertahan hidup karena akan digunakan untuk isolasi.

b. Pemurnian
      pemurnian bertujuan untuk memisahkan atau memurnikan Chlorella dari organisme lainnya yang bersama – sama dalam contoh air alami yang disaring menggunakan jaring plankton.

3. Budidaya Chlorella Massal untuk Pakan Hewan
a. Kandungan mineral dan vitamin
Kandungan vitamin pada Chlorella lebih bernilai daripada vitamin dalam sayuran pada umumnya.
Bahan Pakan
A
B1
B2
B6
Asam nikotinik
C
Kedelai
0,06
5,7
2,3
4 – 7
34
0
Ragi
0
50 – 250
20 – 36
50 – 100
300
0
Bayam
600,0
15
38
64
130
13.000
Susu
4,0
3
13
1,3
10
50
Chlorella
1000 – 3000
4 – 24
9,0
9,0
120 -240
2000 - 5000

b. Tingkat daya cerna
            Tingkat daya cerna sangat penting. Chlorella yang masih muda dindingnya sangat halus dan tipis, sangat mudah dicerna dan tingkat daya cerna lebih dari 90 %. Tetapi untuk Chlorella yang telah tua, dinding selnya sangat tebal dan kuat serta ulet, oleh karena itu tingkta daya cernanya kurang dari 60%. Tingkat daya cerna Chlorella dari berbagai bentuk perlakuan dapat dilihat pada tabel.
Bentuk Perlakuan Chlorella
Daya Cerna (%)
Dikeringkan di bawah sinar matahari
51 – 54
Digiling menjadi tepung kering
61 – 64
Dipucatkan (blanching), tepung kering
70 – 80
Dipucatkan (alkohol), tepung kering
73 – 82
Dijadikan pasta bash, sel muda
90 - 92


c. Bibit Chlorella
Bibit Chlorella yang aktif tidak hidup karena bebatuan dari berbagai fasilitas. Bibit Chlorella dapat diaklimatisasi ke dalam media buatan sebelum digunakan. Hal tersebut tidak baik bila starter tersebut diaklimatisasi berulang-ulang dalam waktu lama sampai diperoleh sifat yang stabil.

d. Cara Budidaya massal Chlorella untuk pakan
*      Bentuk Kolam
Kolam budidaya Chlorella untuk pakan hewan merupakan kolam dangkal tanpa kontruksi khusus dan perlengkapan istemewa seperti monitor agitator, generator CO2, aerasi agitator, cahaya listrik dan lain-lain. Kontruksi kolam dihubungkan secara seri. Bentuk persegi panjang lebih umum dipilih dan kedalaman tidak lebih dari 50 cm. Sebagai pedoman untuk budidaya massal bahwa dengan luas kolam sekitar 0,8 m2, kedalaman air sekitar 10-20 cm.
*      Pupuk
Unsur N sangat penting dan digunakan sebagai alat  pengukur ekonomi bagi budidaya Chlorella. Dekomposisi bahan organik yang berupa organ-organ dalam dari ikan, ampas minyak, kotoran ternak, urin ternak, kotoran unggas, tepung darah, merupakan sumber N yang istimewa bagi Chlorella. Bakteri seperti bacili sprofit bertugas sebagai dekomposer bahan organik dan akan dihasilkan amonium dan CO2, keduanya akan akan dimanfaarkan oleh Chlorella.
*      Kebutuhan air
Air sangat penting bagi Chlorella dan tanpa air Chlorella tidak dapat hidup. Air untuk budidaya Chlorella dapat dari berbagai sumber, misalnya air kota, air sumur, air sungai, air waduk dan lain-lain.
*      Kebutuhan cahaya
Aktivitas Chlorella secara umum dapat mencapai maksimum pada saat intensitas cahaya yang diterimanya berkisar 5000 – 10.000 lux.
*      Pasokan gas CO2
Pupuk alami berupa kotoran ayam, air limbah dapat menggantikan pasokan gas CO2 yang rendah. Dengan bantuan aktivitas bakteri untuk dekomposisi kotoran ayam dan limbah air akan dihasilkan banyak gas CO2. Gas CO2 inilah yang dimanfaatkan oleh Chlorella untuk proses fotosintesis.
*      Pengaturan pH
Chlorella berkembangbiak dengan sangat aktif dalam kolam atau paya-paya pada saat pH nya sekitar 5,0 – 7,0.
*      Pengaruh elemen mikro
Chlorella seperti halnya tumbuhan hijau umumnya, memerlukan elemen seperti C, H, O, N, P, K, Mg, Fe, Mn, B, S, Cu, Al dan sebagainya. Apabila  terjadi gejala kekurangan elemen mikro, maka dapat dengan menambahkan sedikit tanah akan dapat memenuhi kebutuhannya. Elemen P, K, Mg diperlukan dalam jumlah relatif besar, tetapi hal ini dapat dipenuhi bila ke dalam media budidaya digunakan kotoran dan urin dari ternak sebagai pupuk. Bila bertujuan meningkatkan kandungan klorofil supaya tampak hijau tua, maka jumlah penggunaan N, Mg, Fe ditingkatkan jumlahnya.
*      Penambahan bahan untuk pertumbuhan
Bila pupuk organik belum didekomposisi sempurna, maka nitrogen organik belum berubah menjadi amonium dan elemen inilah yang dapat diserap oleh Chlorella. Proses dekomposisis bahan tersebut dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil enzim urase. Enzim urase dapat diperoleh dari tepung kedelai.
*      Pengendalian budidaya
*   Sinar Matahari
Kolam budidaya Chlorella harus diusahakan selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang hari. Sinar matahari yang diterima oleh setiap individu Chlorella dengan baik, maka Chlorella akan tumbuh optimal di seluruh kolam.
*   Pengadukan Air
Chlorella yang di dasar kolam akan terhambat pertumbuhannya, oleh sebab itu diperlukan pengadukan air secara merata, sehingga Chlorella tersebut terangkat diatas dan berada di permukaan air.
*   Suhu Air
Pada umumnya tidak terdapat cara khusus untuk mengendalikan suhu air. Chlorella berkembangbiak dengan fotosintesis pada suhu optimumnya, misalnya Chlorella pyrenoidosa strain Tamiya suhu optimumnya 35 – 36oC.
*   Pengontrolan pH
Chlorella dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,5 – 8,0. sering terjadi pH turun di bawah 4,5 atau naik di atas 8,0. Di dalam pemanfaatan pupuk alami, misalnya kotoran ayam atau air limbah, pH seringkali alkalis kadang-kadang lebih tinggi dari 8,5, maka keadaan ini perlu pengaturan pH.
*   Penambahan Pupuk
Penambahan pupuk harus tepat baik tentang waktu dan jumlahnya, sebab bila tidak tepat dapat merugikan. Penambahan pupuk yang baik dapat dilakukan pada waktu setelah terjadi hujan lebat atau pada waktu terjadi panas yang terik. Pemberian dilakukan sedikit demi sedikit setiap hari.
*   Melawan Kontaminan
Bibit Chlorella untuk budidaya pakan hewan berasal dari lingkungan alami dan kontaminan tidak menjadi masalah, sebab Chlorella justru dapat hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan kontaminan. Misalnya dengan kontaminan bakteri saprofit, Chlorella dari proses fotosintesis menghasilkan O2 dan gas ini dimanfaatkan oleh Chlorella untuk proses fotosintesis.
*   Pengaruh Musim
Perubahan musim berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella. Pemilihan strain yang aktif dari Chlorella untuk budidaya sesuai dengan musim adalah tahap kegiatan awal yang baik untuk keberhasilan budidaya massal. Merupakan cara terbaik bila setiap pergantian musim juga dilakukan pergantian bibit, walaupun hal itu merepotkan usaha budidaya.
*   Perubahan Warna
Chlorella secara visual tampak hijau karena pigmen butir hijau daun atau klorofil a dan b. selain itu Chlorella mengadung pigmen lain yaitu pigmen kuning dan pigmen oranye. Perubahan warna Chlorella dipengaruhi oleh nutrisi yang rendah, pH >8,5, sinar matahari yang terlalu kuat.
*   Kemerosotan Chlorella
Penyebab kemerosotan Chlorella yang dibudidayakan, antara lain disebabkan oleh perubahan pH tiba-tiba, perubahan suhu dengan mendadak, perubahan komponen mineral, gangguan kontaminan dan lain-lain.

*   Panen
Pertanian Chlorella dicirikan oleh hasil yang banyak sepanjang tahun. Hasil Chlorella dapat dipanen setiap 3-4 hari sekali dari kegiatan budidaya dalam kolam. Teknik panen untuk budidaya Chlorella bertujuan untuk hewan sangan mudah tanpa menggunaka alat-alat istimewa, sehingga biaya panen sangat rendah.
1)      Menentukan waktu panen
Petani Chlorella dapat memutuskan kapan panen akan dilakukan dengan berpedoman kepada warna Chlorella secara visual. Bila warna hijau tua berarti Chlorella telah masak dan konsentrasinya > 0,5 – 1%.
2)      Budidaya berlanjut
Suatu sistem budidaya Chlorella yang ideal adalah sistem budidaya berlanjut. Jumlah Chlorella yang dipanen sebanyak 70% dikeluarkan dari kolam budidaya dengan cara mengalirkan Chlorella bersama media airnya masuk ke dalam kolam tampung khusus untuk diproses lebih lanjut.
Sisa panen sebanyak 30 % dibiarkan dalam kolam budidaya semula, berfungsi sebagai bibit awal dan tampak berwarna hijau cerah sebab kepadatannya lebih rendah dari semula.
3)      Perlakuan panen
Pada budidaya murni di laboratorium, untuk memanen Chlorella atau mengumpulkan diperlukan alat sentrifuge. Tetapi untuk mengumpulkan Chlorella dari budidaya massal alat sentrifuge tidak efektif.
Untuk mengumpulkan hasil panen digunakan bahan kimia guna menggumpalkan Chlorella yang telah dimasukkan ke dalam kolam penampungan. Tawas adalah reagen kimia yang efektif dalam menggumpalkan populasi Chlorella dan dengan konsentrasi 0.05%.
4)      Perlakuan dan penyimpanan hasil
Pasta Chlorella atau gumpalan Chlorella setelah sipisahkan dari supernatan dan telah dicuci maka diperlakukan lebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan hewan. Perlakuan berupa perebusan, pengeringan, dan fermentasi.


B. Budidaya Spirulina

*   Bila dilihat di bawah mikroskop, Spirulina tampak seperti filamen berbentuk spiral berwarna hijau biru. Filamen ini merupakan koloni sel dan dapat bergerak sepanjang sumbunya.
*   Spirulina tumbuh dengan baik pada perairan alkalin, dengan kandungan garam sampai 270 g/l, tetapi pertumbuhan optimal pada kandungan garam 20-70 g/l. Jenis alga ini masih dapat tumbuh baik pada pH 7-11,3 , dengan pH optimal berkisar antara 8 – 11. suhu optimum bagi Spirulina sekitar 32 – 35 oC dan pada suhu 40oC mereka dapat tumbuh dan berkembang.
*   Untuk memperoleh bibit murni dari alam dapat dilakukan teknik pengenceran berulang dengan menggunakan media Zarrouk atau media CFTRI (1) dan (2).
*   Budidaya massal Spirulina setelah diperoleh bibit murni dengan cara Zarrouk atau media CFTRI (1) dan (2) dapat dilakukan dalam bak – bak beton persegi panjang atau menggunakan tempat tertutup. Pupuk untuk budidaya massal dapat berupa pupuk organik seperti kotoran hewan dan dapat pula menggunakan pupuk organik berupa urea 10-50 ppm, ZA 20-10 0ppm, TSP 10-20 ppm
*   Teknik pemanenan Spirulina dilakukan dengan 2 cara, yaitu panen total dan panen sebagian. Panen total dilakukan dengan memanen seluruh Spirulina dalam kolam jadi hannya satu siklus yaitu dengan memindahkan Spirulina beserta media budidaya ke bak lain yang membutuhkan, misalnua bak budiaya Brachionus atau bibit ikan. Panen parsial yaitu Spirulina dalam kolam hanya dipanen sebagian saja 50 – 75% dan sisanya 25 – 50 % ditinggalkan untuk bibit budidaya berikutnya.
*   Teknik parsial dapat dilakukan 8 kali siklus atau 2 bulan masa kultur, yang penting untuk diperhatikan adalah pengendalian kontaminan, sterilnua media, wadah dan peralatan lainnya.signature

0 reflection:

Post a Comment