Sunday, April 08, 2012

My Dream : A Simple Wedding Party

kebanyakan dari kawan-kawan saya sudah menikah. Setiap saya berkunjung di jejaring sosial facebook, mereka yang sudah berstatus maried memajang foto pre-wedding atau foto pernikahannya,, setiap bertemu dengan senior2 di kantor, selalu saja membahas tentang menikah. Huftt..... saya masih berkutat dengan dunia kerja, malas rasanya memikirkan sebuah pernikahan secara detail,, karena jawabnya berujung pada belum ada keberanian untuk berkomitmen. Masih ini lah,, pengen itu lah,, hehehe dan saya berkomitmen "Menikah bukan karena umur, tapi menemukan telah pria yang sholeh". Untuk malam ini, saya mencoba meluangkan sedikit waktu apa yang ada di benak saya,,, dan ini akan menjadi salah satu mimpi saya, terinspirasi oleh pernikahan ala mba ayu salah satu pengajar muda Indonesia Mengajar.

LAMARAN
ACARA. Seserahannya adalah pilihanku dan barang yang biasa kupakai dan  buku atau novel masuk dalam list seserahan. Budgetnya 8 Juta. Tidak ada cincin tunangan. Yang datang pun saya minta hanya keluarga inti dan wakil dari keluarga yang ditunjuk sebagai juru bicara. Dari keluarga saya, yang hadir menerima lamaran hanya saya, mama, papa, dan adik saya.

MAKAN-MAKAN. Biasanya, acara lamaran akan diakhiri dengan makan-makan bersama di rumah mempelai yang dilamar. Untuk praktisnya, saya memutuskan untuk kita makan di restoran saja. Jadi saya tidak perlu berberes rumah, memasang tenda, menyewa katering + tenda + piring + gelas, dan sesudah selesai acara harus beberes dan mencuci piring + gelas yang kotor. Uh.

DRESS UP. Saya juga secara spesifik meminta agar tidak ada siapapun dari keluarga manapun yang datang dengan berpakaian yang berlebihan dan berdandan yang di luar kebiasaan. Saya sendiri hanya akan mengenakan baju batik. I love batik..

TANGGAL. Penentuan tanggal lamaran sama sekali tidak menggunakan primbon betaljemur adammakna maupun hitungan weton lainnya, tapi akan menggunakan Kalender Akademik Dinas Pendidikan Nasional Tahun Ajaran sebagai pedomannya.

COST. Total biaya lamaran, tidak lebih dari 10 juta.

ACARA PERNIKAHAN
ACARA. Saya ingin 1) acaranya tidak besar dan tidak formal dan kami berdua yang menentukan acaranya, dan 2) seluruh biaya harus berasal dari kantong kami berdua.
Saya tidak mau pakai adat apapun. Jadi acara saya benar-benar hanya akad nikah, yang kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan di restoran pilihan. Tidak ada dekorasi, tidak ada MC, tidak ada organ tunggal dan penyanyi, tidak ada pelaminan, tidak ada antrean panjang untuk bersalaman dan berfoto. Jadi kami mengundang teman-teman dan keluarga benar-benar hanya untuk acara makan malam.

UNDANGAN. Saya pemuja prinsip keefisienan dan kepraktisan. Buat saya, selama bisa dibuat efisien dan praktis, mengapa harus ribet. Dengan menggunakan undangan konvensional yang dicetak di kertas indah, akan ada beberapa inefisiensi, yaitu 1) kami harus mengeluarkan biaya untuk mendesain dan mencetak undangan, 2) kami harus meluangkan waktu khusus untuk mengecek ejaan nama + gelar setiap tamu yang akan diundang dan alamat lengkapnya. Maka kami memutuskan tak akan pakai undangan konvensional. Cukup pakai email, sms, facebook, twitter, dan blackberry message. Rasanya sudah lebih dari cukup.

MAKAN-MAKAN. Sesuai dengan prinsip kepraktisan, saya menghindari mengadakan acara di rumah (yang berarti saya harus beberes rumah + memasang tenda (sehingga menutupi jalan dan menyusahkan banyak orang) + menyewa katering lengkap dengan piring dan gelasnya), dan saya juga menghindari acara di gedung pertemuan, karena, well, saya tidak sedang mengadakan pesta resepsi, tapi saya hanya mengundang makan-makan. Maka restoran adalah tempat yang paling pas. Keuntungannya, karena acaranya di restoran, 1) kemungkinan untuk kekurangan makanan kecil, karena dapurnya ya di situ juga, 2) saya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya sewa gedung atau tenda dan peralatan pesta lainnya.
Oh ya, karena saya tidak suka konsep antrean di meja prasmanan, maka makanan akan langsung dihidangkan di meja-meja oleh waitress. Jadi tamu hanya perlu memilih tempat duduk dan makan. Piring-piring kotor, karena ini restoran, ya akan langsung dibereskan oleh waitress.

DRESS UP. Saya tidak ingin di hari pernikahan saya, saya justru tidak bisa berjalan-jalan dengan bebas kesana kemari untuk menyapa teman-teman saya. Atau justru saya harus berhati-hati makan karena takut make up saya luntur.
Maka kriteria saya untuk pakaian saya hari itu adalah sederhana dan harus nyaman sehingga saya bisa berlari-larian ketika mengenakannya. Jadi, saya merencanakan untuk mengenakan kebaya sederhana. Oh ya, dan tentu saja tidak ada seragam keluarga yang mahal dan merepotkan.

CINCIN. Saya memilih cincin emas putih dengan ukiran infinity, yang menandakan jumlah yang tidak terbatas.


BUKU TAMU. Buku tamu biasanya berat dan tidak pernah dibuka-buka lagi selama-lamanya, setelah hari pernikahan. Maka saya tidak mau menggunakan buku tamu biasa. Rencananya, kami akan menggunakan beberapa foto yang kami cetak besar dan diletakkan di pigura yang lebih besar lagi, dan para tamu akan kami persilakan untuk membubuhkan tandatangan di pinggiran foto-foto tersebut. Juga, karena beberapa teman saya pandai menulis puisi, saya akan mengeprint puisi mereka besar-besar, dan orang-orang juga bisa tanda tangan di sana.




SUVENIR. Suvenir biasanya juga merupakan elemen yang merepotkan dan menghabiskan banyak biaya. Belum lagi karena semakin banyaknya acara pernikahan, biasanya suvenir-suvenir takkan bertahan lama. Bisa jadi benda pernak-pernik kecil itu, maaf, pada akhirnya dibuang karena hanya akan menumpuk di sudut meja dan mengumpulkan debu. Maka kami memutuskan memberikan suvenir yang tidak biasa dan tidak boleh dibuang, serta mencerminkan kepedulian kami akan keadaan bumi yang sedang dilanda global warming. Kami akan memberikan bibit pohon atau bibit anggrek yang dikemas dalam botol.

FOTOGRAFI. Kami menolak acara pengambilan foto pre-wedding, sebenarnya karena kami tidak akan punya waktu untuk itu. Tapi selain itu, demi menegakkan prinsip keefisienan, rasanya foto pre-wedding tidak perlu-perlu sekali. Fotografer selama acara pernikahan akan ada (temen dan saudara2 saya, jadi gratis!), tapi kami meminta mereka untuk mengambil foto-foto candid, bukan foto yang disetting. Dan, ide kerennya adalah, kami akan meletakkan beberapa kamera disposable di meja-meja tamu, dan semua tamu dipersilakan untuk ikut menjadi fotografer dadakan. Seperti apa ya hasil jepretan amatiran ini! hehehe

COST. Mari saya mulai dari biaya yang sudah kami hemat. Biaya gedung bisa mencapai 25 juta. Biaya undangan 10 juta. Makan-makan mewah dengan undangan ribuan orang bisa 100 juta. Acara dengan MC dan band bisa 10 juta. Baju pengantin bisa 5 juta, ditambah dengan seragam keluarga 15 juta. Cincin berlian 50 juta. Buku tamu mungkin sejutaan. Suvenir 10 juta, dan fotografi lengkap bisa 10 juta. Berapa? 240 juta! Uh.
Tarik napas.

Baiklah, sekarang biaya yang akan saya keluarkan.
Gedung 0 rupiah. Seserahan 8 Juta. Makan-makan untuk kira-kira 150 orang, 20 juta. Undangan 0 rupiah. Baju kebaya saya 1 juta, ditambah dengan bajunya mempelai pria dan ongkos jahit total sekitar 2 juta. Seragam keluarga 0 rupiah. Cincin berdua 10 juta. Buku tamu 0 rupiah tapi kami akan ada pengeluaran untuk memperbesar foto dan beli pigura, anggaplah sekian ratus ribu. Bibit pohon sekian 2 juta. Fotografer 0 rupiah. Berapa? Ditambah dengan ongkos KUA dan menyumbang masjid tempat akad, plus beberapa hal yang belum diperkirakan, total jendral mungkin sekitar 50 juta.

Maka sisa tabungan kami akan kami gunakan untuk memulai hidup kami yang baru.

Sampai di sini, ada catatan kecil. Ada juga yang bertanya, apakah biaya menyewakan hotel untuk saudara-saudara tidak dihitung? Nah, itu kan tinggal tergantung kesepakatan saja. 
Dan sungguh, besar kecilnya acara (dan biaya), adalah kita sendiri yang menentukan.

Saya tidak mau terbosankan dengan rangkaian acara adat yang panjang dan tidak saya pahami. 

Saya tidak mau duduk saja di pelaminan dan menyalami ribuan orang sampai bibir saya capek tersenyum dan tangan saya pegal, dan perut saya merintih kelaparan; sementara saya hanya bisa menyaksikan teman-teman saya bereuni sambil makan-makan di bawah panggung.

Saya tidak mau menyebar undangan terlalu banyak yang pada akhirnya saya tidak kenal lagi siapa yang sedang saya salami.

Saya tidak mau membuang uang untuk membuat undangan dan suvenir yang pada akhirnya hanya menambah sampah di bumi.

Tulisan ini bukan tentang bagaimana cara berhemat, tapi ini tentang apa yang kita mau punyai ketika hari pernikahan kita. Dan kebetulan apa yang saya mau, harganya tidak mahal.

Your wedding is your day so you should be able to do it your way.

Rancanglah acaramu sesuai dengan apa yang kalian berdua inginkan. Menurut saya, acara pernikahan adalah momen terbaik untuk menunjukkan kreatifitas lewat ide-ide orisinal serta menyatakan prinsip-prinsip yang kalian pegang teguh. Bagi saya, prinsip-prinsip itu adalah anti-formalitas, kepraktisan/efisiensi, dan peduli bumi.




signature

8 reflection:

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Hai Sist...
Postinganmu ini sungguh menarik. Ternyata masih ada wanita yg berani take in charge utk kebahagiaannya sendiri melepaskan tuntutan adat yang kurang bermanfaat.
Prinsip efisiensi ini seharusny lebih bisa dipakai dibnyk pasangan diluar sana.
Beberapa hal yang menarik menurut saya :

- senyum basa basi menyalami ribuan tamu: Bgmn kita bisa bercengkrama / 'reuni singkat' dgn teman yg baru ketemu saat acara itu bila harus jaga 'pos pelaminan'.
Pengantin yg Mobile dlm acara namun mudah ditemui seharusny bisa jadi alternatif

- Makan-makan : Ya... yang terjadi menurut pengamatan sempit saya makan2 pd resepsi itu adalah kasih undangan mahal, sediakan buffet all u can eat, diganti amplop kosong / sekedarnya, dicibir bila katering tidak profesional dan doa restu yg sesungguny ada / tidak ketika hadirin sibuk mengenyangkan diriny masing2.
Makan direstoran ala meja meeting seharuny bisa mendekatkan kedua keluarga pada saat2 awal "pertemuan keluarga" ini. Dsaat makan ini seharusny bisa mengenal siapa, apa, n bagaimana setiap anggota keluarga pasangan. Dibanding dgn sungkem sekali langsung hunting gubugan.. mana yg lebih membuka komunikasi :D

heboh pas lamaran: bagi 'kebanyakan' org ini adalah moment besar, namun yang jadi keribetan disini adalah keluarga jauh yang toh pd keseharian tidak bnyk ada andil/peran tp mau ikut2an ribet pada saat acara. Mmg sebaikny hny juru bicara dan keluarga inti. diluar itu cukup hormati / ikuti apa yg telah disepakati.

"Your wedding is your day so you should be able to do it your way"
Quote ini sungguh berkesan,,, saya bersyukur sekali bisa menemukan blog ini.
Ternyata sy tidak sendirian dgn pikiran sy bila acara "saya" harus dijalankan sesuai cara "saya"

Dibalik tulisan hebat ini ada wanita matang dan berani take in charge berserta resikonya dengan cara "orang dewasa".

Gdluck Sist



Shandy

Cindy said...

kapan ya bisa melaksanakan ide ku ini. hahaha jauh-jauh hari sudah dibicarakan oleh orang tua, semoga bisa mempermudah jalanku nanti.

bagaimana dengan acara weeding kamu Shandy?

shanda suherman said...

Halo mba cindyyyyyyyy... yampun seneng banget ketemu blog inih!!!
mba saya mau tanya2 tentang wedding nya waktu itu makan2 di Resto mana? saya juga mau punya konsep yang sama.. pingin yang tidak besar dan simple acaranya tapi sayangnya jarannggg banget ada yang nulis referensi di blog ttg wedding dengan konsep kayak gitu.. ada sih beberapa pengalaman orang2 tapi konsepnya mereka "hemat" tapi rame (undangan tetep 300-500an) dan rata2 diadain dirumah.. sedangkan saya gak pingin diadain dirumah tapi mau direstoran juga.

thank you before :)

Cindy said...

Hy Shanda...
kamu ada di kota mana?
resto yang secara umum, contohnya RM Pringsewu, Rumah Kayu (BSD),
kamu bisa mulai hunting rumah makan di kota kamu yang punya sarana yang luas, rasa yang direkomendasikan dan harga yang sesuai budget. untuk pilihan menu tamu, kamu bisa koordinasikan kepada pihak restonya. kamu dapat membuat daftar menu tersendiri di hari special kamu.
Jika tamu relatif banyak sedangkan tempat tidak memungkinkan, kamu bisa membagi tamu undangan menjadi beberapa bagian. Misal : term 1 untuk tamu ortu. term 2 untuk tamu kalian.

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Hay kak Cindy. Wah kerennya. Begini juga konsep yg aku pengen. BTW resto rumah kayu boleh ya kak ambil makanan aja? Waktu itu liat di web nya dia sediain wedding package kan kayanya..

Richacheers said...

Haii mb cindy, salam kenal ya :)

Nemu blog ini smcm new idea bgt bgt scra Q jg pgn acara yg simple, efisien, tp sangatt berkesan..

Btw, kamera disposable tu yg spt apa ya? Hahahah..

Btw, konsepx ga pake MC kan ya? Trz running acaranya spt apa?? Q belum kepikiran nih, hehehe

Please share ide yaa.. Thx a lot :)

Post a Comment