Sunday, October 28, 2012

Pemimpi --> Pemimpin

Robert Kiyosaki dalam bukunya, Cashflow Quadrant, menyampaikan bahwa kebebasan finansial dapat dicapai bila seseorang telah mencapai kuadran investor (yakni ketia uang bekerja untuk kita). Salah satu cara untuk mencapai kuadran investor adalah dengan menjadi pengusaha / wiraswastawan, dimana diperlukan jiwa, semangat, dan komitmen untuk menjadi wiraswastawan. Menjadi wiraswastawan di sini berarti bahwa menjadi pribadi yang bersifat inisiator (termasuk di dalamnya, memulai suatu pekerjaan), kreatif (termasuk di dalamnya, menemukan sesuatu yang baru) dan inovatif (termasuk di dalamnya, membuat terobosan baru yang cemerlang dan bermanfaat).

Dalam buku Cashflow Quadrant, Robert Kiyosaki juga menyampaikan bahwa untuk mencapai kebebasan finansialnya, ia memulainya dengan memimpikan hal tersebut. Lebih lanjut, disampaikan juga bahwa impian tersebut harus dituliskan dan dirumuskan sejelas-jelasnya, kemudian mimpi tersebut harus selalu terngiang dan tercermin melalui cara hidup kita sehari-hari.

Demikian halnya dengan Wiwiek Santoso, Paulus Bambang WS, Ekuslie Goestiandi, Yakub Liman, Yulian Warman, dan Lanny Sinatrawan (2011), dalam buku mereka “Michael D. Ruslim: Lead by Heart” halaman ke-32, menyampaikan bahwa pemimpin (apapun posisisnya, baik General Manager, Direktur, terlebih lagi CEO), sejatinya mereka adalah pemimpi, dimana para pemimpi ini harus merumuskan mimpi yang akan diwujudkannya tersebut dengan jernih agar para pengikutnya memiliki gambaran yang sama.  

Michael D. Rusli (mantan CEO Astra Internasional) mengawali tugasnya di dalam Astra Group dengan menumbuhkan (memulai dari nol) perusahaan PT.  Rahardja Sedaya (saat itu, merupakan perusahaan baru di Astra) untuk melakukan pembiayaan pembelian mobil yang diproduksi Astra. Di sinilah, Michael D. Ruslim memiliki jiwa wiraswasta, yakni menjadi creator dan builder.

Karyawan yang tidak memiliki jiwa kewiraswastaan, yang hanya mau kerja kalau disuruh (menurut McGregor dikelompokkan dalam teori X) tidak pantas diangkat sebagai CEO/Manajer, karena karyawan tidak memiliki jiwa wiraswasta, sering kali tidak merumuskan mimpinya dan tidak bisa mewujudkan mimpinya dengan penuh semangat dan penuh gairah (passion), karena pekerjaan yang dilakukannya hanya didasari oleh suruhan / perintah. Apabila mimpinya tidak dapat dirumuskan dan diwujudkan, maka para pengikutnya tidak bisa memiliki pandangan yang sama dan akan kesulitan dalam melakukan pekerjaan dengan pemimpinnya.  

Karyawan yang bekerja karena suruhan / perintah, menganggap pekerjaannya sebagai rutinitas, sehingga ia tidak memiliki inisiatif (padahal, salah satu ciri jiwa wiraswasta adalah inisiatif). Jika tidak memiliki inisiatif, tentunya karyawan tersebut tidak bisa menjadi builder dan creator, dan pastinya juga tidak akan membuahkan inovasi. Artinya, karyawan semacam ini tidak memiliki jiwa wiraswasta. 

signature

0 reflection:

Post a Comment