Created By Sophie Amanda
Proses
perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas
baik faktor bawaan (nature) dan
lingkungan (nurture) dimana orang
yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Pembentukan karakter mahasiswa
merupakan proses pendidikan yang memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak
antara lain, keluarga, sekolah/kampus maupun masyarakat. Wadah dari
pengembangan ini adalah keluarga, kampus dan masyarakat, serta lembaga formal
maupun nonformal.
Pendidikan sebagai proses hominisasi
dan humanisasi, membantu manusia yang utuh, bermoral, bersosial, berkarakter,
berkepribadi, berpengetahuan dan berohani. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan
oleh setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi
kemanusiaan. Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter.
Untuk membangun bangsa yang
berkarakter dimulai dari manusia yang berakhlak mulia atau berbudi pekerti luhur. Setiap individu
dianjurkan untuk membangun karakter bangsa sesuai kapasitasnya, sebagai
ilmuwan, pemimpin, hartawan maupun orang
awam. Soemarno Sudarsono mengatakan ada
enam hal dalam membentuk karakter, yaitu kejujuran, keterbukaan, keberanian mengambil resiko, bertanggung jawab, memenuhi komitmen dan kemampuan berbagi.
Menurut Djohar, membangun karakter dikategorikan sebagai komponen “the hidden
curriculum” yang pencapaiannya tergantung pada proses pendidikan pada substansi
pendidikannya. Kebiasaan mahasiswa belajar akan mewarnai karakter mereka.
Karakter tidak dapat diajarkan, akan tetapi diperoleh
dari pengalaman, oleh karena itu harus dilatihkan. Kebiasaan sehari-hari dapat menghasilkan pengalaman
belajar. Pembangunan
moral dan karakter lebih efektif melalui dialogik dengan mendiskusikan
kasus nyata yang diangkat melalui proses pelatihan itu. Proses dalam pendidikan
terbuka kondusif untuk pembangunan karakter itu.
Mahasiswa berperan sebagai kontrol
sosial dan menjadi golongan masyarakat yang memberikan perubahan. Di dalam civil society, mahasiswa harus
memberikan peranan yang adil, egaliter, beretika, aspiratif-partisipatif, dan
nonhegemonik. Intinya kekuatan mahasiswa terletak pada ide, pemikiran, dan
gagasannya.
Perguruan
Tinggi membentuk insan akademis yang dapat melakukan learning by themselves atau
belajar secara mandiri dengan melakukan self
improvement serta mencari dan membela kebenaran ilmiah. Dengan adanya
pendidikan karakter yang diterapkan di Perguruan Tinggi maka diharapkan
mahasiswa dapat merancang visi masa depan untuk diri sendiri, lingkungan, dan
keluarga dan membentuk masyarakat madani yang kreatif dan inovatif. Pendidikan
yang diberikan dari Perguruan Tinggi ini mengarahkan pada perjuangan mahasiswa
untuk mendekatkan realita dengan kondisi ideal.
Nilai-nilai
kepribadian dikembangkan di perguruan tinggi sebagai persiapan memasuki dunia
kerja. Hal yang menjadi tuntutan dunia kerja antara lain;
integritas, inisiatif, motivasi, kerja sama dalam tim, etika kepemimpinan,
kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan,
jujur, berargumen logis, dan lainnya. Hal
tersebut diperlukan pengembangan kepribadian mahasiswa
secara intensif dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing lulusan di
masyarakat.
Para mahasiswa yang melakukan studi
di dalamnya harus memiliki kecakapan dan mandiri dalam memelihara dan memajukan
ilmu pengetahuan serta mampu memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran MPK
(Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia) dapat
dipandang sebagai wahana untuk membangun karakter mahasiswa, bukan sebatas
mengajari nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang baik, tetapi menemukan cara melatih dan membiasakan karakter
yang kuat, dan terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perguruan tinggi
, dosen mempunyai peran sangat penting dalam pengembangan karakter mahasiswa
Dalam kaitan dengan pengembangan
karakter dan kepribadian secara sistemik di perguruan tinggi, dalam pembinaan pembelajaran dan
kemahasiswaan akan sangat dibutuhkan tahapan yang jelas dan terukur dengan
program yang sistemik dan berkesinambungan, yaitu :
1.
Tahap pertama, antara semester 1
sampai semester 3 adalah
pembelajaran untuk pembentukan jati diri. Mengantarkan mahasiswa
menemukan jati dirinya sebagai manusia yang memiliki beragam potensi, sekaligus
memiliki beragam kelemahan.
2.
Tahap kedua, antara
semester 4 sampai 6, tahap pembelajaran dan pembimbingan untuk pembentukan daya
kreasi dan inovasi mahasiswa. Proses
pembelajaran dikembangkan untuk mempersiapkan, membangun suatu kondisi sehingga
kreasi, kreatifitas dan daya inovasi mahasiswa dapat ditingkatkan dan mahasiswa
berperan aktif dalam berbagai aktivitas belajar dan kegiatan kemahasiswaan.
3.
Tahap ketiga,
antara semester 7 sampai 8 adalah tahapan pembelajaran yang lebih diorientasikan
pada pembentukan dan pematangan jiwa kewirausahaan, kepemimpinan dan manajemen
mahasiswa. Sehingga
peningkatan karakter dan kepribadian mahasiswa lebih berfokus pada latihan
kepemimpinan dan keterampilan komunikasi, berargumentasi secara ilmiah.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses pembinaan pembelajaran bagi
mahasiswa di kampus.
Kapasitas seseorang dapat ditentukan oleh akumulasi 2
fungsi yaitu kompetensi bidang ilmu (hard
skills) dan karakter (soft skills),
sehingga pengembangan karakter harus dimulai dari pelatihan soft skills.
Pendidikan karakter adalah bagian dari
pendidikan soft skills. Dengan adanya
karakter yang kuat adalah kelebihan dan kekuatan seseorang, apabila tidak
disertai dengan karakter yang baik, kelebihan dan kekuatan itu akan muncul
sebagai kelemahan. Sebaliknya orang yang memiliki potensi sederhana tetapi
karakternya luar biasa, maka dapat dipastikan dia memiliki potensi yang besar. Satu
unsur penting yang sepertinya selama ini diabaikan dalam praktek pendidikan
adalah metode keteladanan yang proposional. Keteladanan dianjurkan dalam rangka
mengantar pendidikan yang mampu membentuk karakter mahasiswa.
Kini tantangan masa depan yang harus dihadapi oleh Bangsa
kita semakin banyak. Sesudah reformasi terjadi berbagai tantangan baru seperti
globalisasi informasi, keberagaman ideologi, neocolonialism, politik
pencitraan, generasi muda milenium, serta krisis sosial dan ekonomi yang
mengglobal. Untuk menjawab semua tantangan tersebut Perguruan Tinggi yang
merupakan irisan dari pemerintah, masyarakat sipil, dan masyarakat ekonomi
memiliki peran yang sangat esensial. Mahasiswalah yang menjadi titik tumpu agar
Indonesia dapat bertransformasi menjadi Indonesia yang mandiri dengan membentuk
masyarakat yang kreatif dan inovatif.
edited by :
0 reflection:
Post a Comment