Tuesday, December 18, 2012

Peran Pendidikan dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa



Created By  Sophie Amanda

Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas baik faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Pembentukan karakter mahasiswa merupakan proses pendidikan yang memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak antara lain, keluarga, sekolah/kampus maupun masyarakat. Wadah dari pengembangan ini adalah keluarga, kampus dan masyarakat, serta lembaga formal maupun nonformal.
Pendidikan sebagai proses hominisasi dan humanisasi, membantu manusia yang utuh, bermoral, bersosial, berkarakter, berkepribadi, berpengetahuan dan berohani. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan. Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter.
Untuk membangun bangsa yang berkarakter dimulai dari manusia yang berakhlak mulia atau berbudi pekerti luhur. Setiap individu dianjurkan untuk membangun karakter bangsa sesuai kapasitasnya, sebagai ilmuwan, pemimpin, hartawan  maupun orang awam.  Soemarno Sudarsono mengatakan ada enam hal dalam membentuk karakter, yaitu kejujuran, keterbukaan, keberanian mengambil resiko, bertanggung jawab, memenuhi komitmen dan kemampuan berbagi.
Menurut Djohar, membangun karakter dikategorikan sebagai komponen “the hidden curriculum” yang pencapaiannya tergantung pada proses pendidikan pada substansi pendidikannya. Kebiasaan mahasiswa belajar akan mewarnai karakter mereka. Karakter tidak dapat diajarkan, akan tetapi diperoleh dari pengalaman, oleh karena itu harus dilatihkan. Kebiasaan sehari-hari dapat menghasilkan pengalaman belajar. Pembangunan moral dan karakter lebih efektif melalui dialogik dengan mendiskusikan kasus nyata yang diangkat melalui proses pelatihan itu. Proses dalam pendidikan terbuka kondusif untuk pembangunan karakter itu.
Mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial dan menjadi golongan masyarakat yang memberikan perubahan. Di dalam civil society, mahasiswa harus memberikan peranan yang adil, egaliter, beretika, aspiratif-partisipatif, dan nonhegemonik. Intinya kekuatan mahasiswa terletak pada ide, pemikiran, dan gagasannya.
Perguruan Tinggi membentuk insan akademis yang dapat melakukan learning by themselves  atau belajar secara mandiri dengan melakukan self improvement serta mencari dan membela kebenaran ilmiah. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di Perguruan Tinggi maka diharapkan mahasiswa dapat merancang visi masa depan untuk diri sendiri, lingkungan, dan keluarga dan membentuk masyarakat madani yang kreatif dan inovatif. Pendidikan yang diberikan dari Perguruan Tinggi ini mengarahkan pada perjuangan mahasiswa untuk mendekatkan realita dengan kondisi ideal.
Nilai-nilai kepribadian dikembangkan di perguruan tinggi sebagai persiapan memasuki dunia kerja. Hal yang menjadi tuntutan dunia kerja antara lain; integritas, inisiatif, motivasi, kerja sama dalam tim, etika kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. Hal tersebut diperlukan pengembangan kepribadian mahasiswa secara intensif dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing lulusan di masyarakat.
Para mahasiswa yang melakukan studi di dalamnya harus memiliki kecakapan dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan serta mampu memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran MPK (Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia) dapat dipandang sebagai wahana untuk membangun karakter mahasiswa, bukan sebatas mengajari nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang baik, tetapi menemukan cara melatih dan membiasakan karakter yang kuat, dan terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perguruan tinggi , dosen mempunyai peran sangat penting dalam pengembangan karakter mahasiswa
Dalam kaitan dengan pengembangan karakter dan kepribadian secara sistemik di perguruan tinggi, dalam pembinaan pembelajaran dan kemahasiswaan akan sangat dibutuhkan tahapan yang jelas dan terukur dengan program yang sistemik dan berkesinambungan, yaitu :
1.        Tahap pertama, antara semester 1 sampai semester 3 adalah pembelajaran untuk pembentukan jati diri. Mengantarkan mahasiswa menemukan jati dirinya sebagai manusia yang memiliki beragam potensi, sekaligus memiliki beragam kelemahan.
2.        Tahap kedua, antara semester 4 sampai 6, tahap pembelajaran dan pembimbingan untuk pembentukan daya kreasi dan inovasi mahasiswa. Proses pembelajaran dikembangkan untuk mempersiapkan, membangun suatu kondisi sehingga kreasi, kreatifitas dan daya inovasi mahasiswa dapat ditingkatkan dan mahasiswa berperan aktif dalam berbagai aktivitas belajar dan kegiatan kemahasiswaan.
3.        Tahap ketiga, antara semester 7 sampai 8 adalah tahapan pembelajaran yang lebih diorientasikan pada pembentukan dan pematangan jiwa kewirausahaan, kepemimpinan dan manajemen mahasiswa. Sehingga peningkatan karakter dan kepribadian mahasiswa lebih berfokus pada latihan kepemimpinan dan keterampilan komunikasi, berargumentasi secara ilmiah. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses pembinaan pembelajaran bagi mahasiswa di kampus.
Kapasitas seseorang dapat ditentukan oleh akumulasi 2 fungsi yaitu kompetensi bidang ilmu (hard skills) dan karakter (soft skills), sehingga pengembangan karakter harus dimulai dari pelatihan soft skills. Pendidikan karakter  adalah bagian dari pendidikan soft skills. Dengan adanya karakter yang kuat adalah kelebihan dan kekuatan seseorang, apabila tidak disertai dengan karakter yang baik, kelebihan dan kekuatan itu akan muncul sebagai kelemahan. Sebaliknya orang yang memiliki potensi sederhana tetapi karakternya luar biasa, maka dapat dipastikan dia memiliki potensi yang besar. Satu unsur penting yang sepertinya selama ini diabaikan dalam praktek pendidikan adalah metode keteladanan yang proposional. Keteladanan dianjurkan dalam rangka mengantar pendidikan yang mampu membentuk karakter mahasiswa.
Kini tantangan masa depan yang harus dihadapi oleh Bangsa kita semakin banyak. Sesudah reformasi terjadi berbagai tantangan baru seperti globalisasi informasi, keberagaman ideologi, neocolonialism, politik pencitraan, generasi muda milenium, serta krisis sosial dan ekonomi yang mengglobal. Untuk menjawab semua tantangan tersebut Perguruan Tinggi yang merupakan irisan dari pemerintah, masyarakat sipil, dan masyarakat ekonomi memiliki peran yang sangat esensial. Mahasiswalah yang menjadi titik tumpu agar Indonesia dapat bertransformasi menjadi Indonesia yang mandiri dengan membentuk masyarakat yang kreatif dan inovatif.

edited by :
signature

0 reflection:

Post a Comment