setelah saya membenahi kamar, saya mencoba
menuliskan kejujuran sebagai hadiah yang akan aku persembahkan pada orang-orang
terdekatku. Untuk kali ini aku tak berharap untuk mendapatkan hadiah, sesekali
aku teringat satu tahun yang lalu. Angka 24 yang menyempurnakan hidupku. Makian
yang terlontarkan menjadi pembuka di umurku yang menginjakkan seperempat abad.
Hari sudah berganti, pukul 00.00
berharap seseorang memberikan ucapannya. Benar saja.. sahabatku Nurdianti
memberikan hadiah virtualnya, doa-doa untuk mengawali hariku. Saya beranjak
untuk tidur.
Diheningnya pagi, terdengar suara mesej
dari hape saya “Hallo anak mama. Happy birthday. Semoga menjadi anak yang
sukses dan soleha. Maafin mama nggak bisa tengokin cindy. Semoga cind sehat ya”
doa yang selalu tersampaikan melalui pesan singkat sepanjang 5 tahun belakang
ini (kecuali tahun 2011).
Saya bertindak seperti biasanya, seusai
mandi pagi rupa nya ada telur, tepung dan air kolam yang nyasar ke kepala saya.
Keributan dipagi hari di kopel Anggrek II.
Mau nggak mau, rela nggak rela, aku mandi lagi...
Saya berangkat kerja layaknya seorang
karyawan pada umumnya, rutinitas pun membuatku pusing tujuh keliling. Laporan
bulanan harus selesai sebelum aku meninggalkan lokasi. Bolak balik dari office
ke office hanya untuk nge-print. Ribet ya.. tanpa kusadari, papaku sudah telp
berkali-kali. Di dering terakhir, ada saja yang membuatku tak memberinya kesempatan berbicara. Suara hape kalah oleh kebisingan dan kesibukanku. Akhirnya
beliau mengirimkan mesej “Happy Birthday. 23 Januari 1987- 23 Januari 2012”. Ada
rasa bersalah yang luar biasa. Membiarkannya menungguku, secara tak langsung
aku membuatnya kecewa.
Seusai menyelesaikan laporan, saatnya
saya meninggalkan lokasi untuk cuti. Betapa bahagia saat itu, setidaknya hari
istimewa ku bersama keluarga besarku. Walau aku lebih menginginkan bersama
kedua orangtuaku.
Setiba di rumah budhe, tak ada kejutan.
Hanya kecupan, sepenggal doa, dan secuil kisah mengenai kelahiranku 25 tahun
yang lalu. Tak lama kemudian bule dan sekeluarga datang dan mengajakku untuk
membeli blackforest. Ada yang membuatku terus berpikir, aku hanya ingin
keluargaku. Aku nggak ingin hadiah apapun.
Setelah 25 lilin ku tiup, ada doa yang
terlontar dan tak jauh-jauh dari jodoh. Hehehe rasanya gimana gitu, klo boleh
request pengen didoain bisa ke belanda dulu sebelum nikah. Hehehe.
Tak terasa kesederhanaan itu usai,
kebahagian sebuah keluarga. Dan aku berpikir, tahun depan aku ada dimana lagi
ya, dengan siapa aku berbagi dihari kelahiranku??
Terima kasih kepada orangtua dan
keluarga yang tak pernah meninggalkanku sendiri,,
Terima kasih kepada sahabatku yang
selalu berusaha menjadi yang pertama untuk mendoakanku,,,
Terima kasih kepada teman-teman yang
memberikan doa untukku,,
- Bahagia itu sederhana –
Bekasi, 23 Januari 2012 at 23.01 wib
0 reflection:
Post a Comment