"Apakah aku berarti untukmu?" Sebuah kalimat pembuka dikeheningan sore hari. Tak banyak bicara, seolah-olah kita manusia super yang bisa bertelepati untuk mengetahui segala halnya.
"Baiklah, aku tak ingin jadi beban untukmu, lupakan saja pertanyaanku tadi". Bercerita, dia hanya menggangguk dan tak berkomentar apapun. Keceriaannya seketika menghilang, pikirannya berkelana untuk menerka-nerka sebuah teka-teki. Ahh.. ku bisa gila dengan situasi seperti ini.
"Kita perlu jarak" jawabnya
"Kalau itu membuatmu lebih baik, aku akan menyetujuinya. Ketika aku tak lagi menghubungimu, bukan berarti aku mengacuhkanmu dan meninggalkanmu. Aku memberimu jarak dan waktu. Selesaikan saja dulu masalahmu. Kamu masih belum ada keinginan berbagi beban padaku. Kamu bisa menemuiku ketika kamu rasa sudah cukup dengan jarak dan waktu.".
Perjumpaan mereka pun berakhir dengan banyak pertanyaan yang tak terjawabkan.
0 reflection:
Post a Comment