Sejak 2019 awal, aku sudah ada
keinginan untuk umroh tapi maunya di Ramadhan. Gagal berangkat di Ramadhan tahun
2019 dan kembali merencanakan di tahun 2020. Akan tetapi, tetap saja tidak berangkat
di bulan Ramadhan tahun 2020.
Perjalanan umroh
kali ini tak terencanakan dengan baik, serba mendadak. Latar belakangnya yang
membuatku sangat ingin untuk harus berangkat… ingat ya harus, dan nggak boleh
ditawar atau ditunda lagi. Yaa disini lah aku menjadi manusia yang egois. Latar belakangnya adalah aku
galau dengan banyak hal di kehidupanku, aku bingung menentukan perjalanan karierku,
aku terlalu santai untuk menemukan jodohku, aku sedih karena gagal
berkali-kali dalam banyak hal. Aku merasa, ada yang salah dengan hidupku…
Mungkinkan dalam beberapa tahun
terakhir aku mengabaikan baca Al Qur’an, atau sering terlambat sholat 5 waktu di saat berada di negeri orang, masih
mengutamakan dunia dibandingkan akhirat…. dan aku merasa harus kembali lagi ke RumahNya
untuk mengevaluasi diriku kembali.
Dalam perjalanan ke
Malang, aku memutuskan secara sepihak untuk berangkat umroh tanpa memberitahu
ortu atau orang terdekatku. Daftar dulu ajah deh, itu pikiranku saat itu.
Setelah pulang dari Malang dan
bertemu langsung dengan mas ku yang ganteng itu.. dia heran “kenapa siy harus
buru2? Ya udah deh terserah kamu, kamu yang tau situasinya”. Begitu juga mamaku
“ditunda aja tahun depan, uti lagi sakit, nggak ada yang urusin kamu untuk
berangkat umroh”. papaku cuma bilang "udah tunda aja, nanti papa aja yang doain kamu disana."
“Mas.. Ma… Pa... niat baik itu yang
nggak boleh ditunda, aku berangkat ya tanggal 13 Feb besok… aku pengen berdoa sendiri, banyak yang pengen aku curhatin dan nggak pengen mikirin laporan untuk sejenak”. baru cerita
tanggal 1 nya, rencana berangkat tanggal 13, macam mana pula ini, kirim passport pun
baru tanggal 4 feb.
Visa dipermudah.
Laporan audit pun selesai tepat waktu, 2 hari sebelom berangkat, ku masih ke
medan dan sehari sebelumnya masih lembur di kantor. Disaat menjelang
keberangkat ini lahh… rasanya raguuu luar biasa… yakin nggak ya aku bisa menyelesaikan
nya sendiri, yakin nggak ya aku bisa…. Bergejolak lah rasa ini…
Seseorang mengatakan “bisa..
bisa…”. Bismilah ya…
Selama 8 hari di
Madinah maupun Mecca, perjalanan terasa mudah dan menyenangkan. Ada keajaiban-keajaiban
yang tak pernah kuduga. Ada suatu peristiwa dimana Allah itu Maha Mengatur Segalanya, disaat aku merasa sangat "terlambat" dan rasanya kecewa dengan diriku sendiri, tapi Allah memberikan hadiah padaku yang luar biasa. disaat itu aku hanya ingin membantu orang
lain walau sekecil apapun itu. Itu menjadi teguranku "Hey.. kamu tak sedang lomba lari, terlambat itu hanya memberikan waktu yang tepat untuk yg terbaik".
Ibadah kali ku tetap "ngoyo" (pinjam istilahnya papaku 4 tahun lalu). Kenapa? Aku kerja ampe tengah malem, bangun pagi buta dibela2in, kenapa aku tidak melakukan yg sama kepada Sang Pemberi Kehidupan?
Ibadah kali ku tetap "ngoyo" (pinjam istilahnya papaku 4 tahun lalu). Kenapa? Aku kerja ampe tengah malem, bangun pagi buta dibela2in, kenapa aku tidak melakukan yg sama kepada Sang Pemberi Kehidupan?
Dalam perjalanan ini menemukan
orang-orang yang sayang ma aku baik itu yang benar-benar disisiku atau dia yang kadang menemaniku melalui telp. Aku mulai paham, sayang itu tak harus dari kata-kata
manis yang sering diucapkan. Sayang itu bisa dari tindakannya, bisa melalui
teguran maupun kritikan yg membangun, sayang itu saling menjaga dan tak menyakiti, sayang itu saling percaya, sayang itu memberikan ruang gerak untuk beraktualiasai, sayang itu menguatkan. Bagaimana bisa dikritik koq bilangnya sayang? Coba klo
nggak dikritik, aku nggak akan tau apa kesalahanku dan kekuranganku. Aku tak
akan pernah menjadi individu yang baik. Dan sayang itu memiliki artinya yang luas, seperti Allah menyayangiku dan umatnya.
Doaku masih sama seperti
sebelumnya,“mudahkan rezekiku sehingga aku bisa kembali lagi beribadah bersama dengan
orang2 yang kusayangi di setiap tahunnya, baik itu kedua orang tuaku, teman2ku, sahabatku, keluarga ku ataupun dia yang masih disembunyikanNya.”
Lima hari setelah kepulanganku
dari Mecca, mendengar khabar bahwa pemerintah Saudi menutup ijin visa umroh untuk mencegah penyebaran COVID-19. Masya Allah… Terima kasih Ya Allah, aku
telah diberikan ijin untuk kembali beribadah di rumahMu di tahun ini. Semoga wabah dan cobaan ini segera mereda, sehingga kami bisa berkunjung kembali ke rumahMu.
0 reflection:
Post a Comment