Jam adalah alat penunjuk waktu, sebuah jam banyak macamnya,
seperti jam tangan, jam dinding dan lain-lain. Setiap jam pada umumnya terus
bergerak berputar dan terus berulang. Jam ibarat saksi bisu perjalanan hidup
kita, dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat kuliah dan seterusnya,
sebuah jam telah menjadi saksi dan juga merekam semua kejadian itu dengan
rapih, semua aktifitas itu terus berulang seperti hal yang nampak sama, waktu
sendiri terus berputar tapi setiap kejadian yang terjadi pada setiap detik itu
tidak akan sama lagi. Minggu kemarin, hari kemarin, beberapa jam tadi, beberapa
menit yang tadi bahkan beberapa detik yang lalu, tidak akan bisa terulang lagi
dengan kejadian yang sama terkecuali karena kebetulan semata.
Hidup hanya sekali, tak ada mesin-mesin canggih seperti yang
dimiliki Doraemon yang bisa memutar waktu sesuai kehendaknya, bisa kembali ke
zaman yang diinginkan dan memperbaiki kesalahan pada saat itu, pergi ke masa
depan dan mengubah semua kejadian buruk menjadi kejadian yang indah, menghapus
semua kesalahan menjadi sebuah keberuntungan tapi itu hanya fiktif belaka, yang
ada sekarang adalah kenyataan yang harus kita hadapi. Mustahil apabila bisa
mengulang waktu, waktu kita sebenarnya tidak banyak, duduk terdiam hanya
meratapi kesalahanpun tak ada guna. Oleh sebab itu, jika kita mengisi detik
demi detiknya dengan hal yang buruk apa yang akan terjadi ? bukankah hanya
penyesalan yang menanti kita ?
Apabila dilihat lebih dalam lagi, sebuah jam tangan bukan sekedar
aksesoris belaka tapi bisa kita temukan juga nilai estetika dari benda ini. Dan
dengan hal ini juga kita bisa menyimpulkan bahwa sebuah jam juga bisa sebagai
penunjuk status sosial.
Penyesalan memang sangat ampuh untuk menyadarkan seseorang
tentang betapa berharganya menghargai waktu dengan sebaik mungkin. Penyesalan
itu datangnya memang diakhir, karena mustahil untuk kembali di masa kita
melakukan kesalahan dan memperbaiki itu semua, maka salah satu yang bisa kita
lakukan adalah mulai dari nol lagi, mulai untuk membiasakan diri memanfaatkan
waktu dengan hal yang berguna.
Ada sebuah peribahasa berbunyi, “Apa yang kita tanam itulah yang
akan kita tuai di kemudian hari”, dapat diartikan segala sesuatu yang kita
lakukan di masa sekarang akan sangat berpengaruh di masa depan nanti. Bisa
dibayangkan apabila kita menanam keburukan di masa sekarang, misalnya kita
melakukan korupsi saat ini, mungkin yang kita akan rasakan pertama kali hanya
kenikmatan duniawi yang tentu hanya bersifat sementara, tapi siapa sangka
bangkai yang disembunyikan serapih mungkin pun lama kelamaan akan tercium juga,
setelah itu hanya kesengsaraan yang akan menghantui maka dari itu kita harus
sadar bahwa yang akan kita dapatkan di masa depan juga adalah sebuah keburukan
jika kita memang menanam keburukan di masa lampau, beda halnya apabila kita
menanam sebuah kebaikan yang penuh manfaat, tentu kita akan mendapat kebaikan
dan hasil yang memuaskan di masa yang mendatang.
Kesempatan tak akan datang dua kali, setelah kesempatan itu
datang baiknya manfaatkan hal tersebut sebaik mungkin, ketika kita masih
mempunyai waktu, ketika jarum jam masih bergerak detik demi detiknya, tak ada
salahnya mengisi sisa hidup dan waktu kita dengan kebaikan, bukan hanya untuk
diri sendiri melainkan untuk orang lain. Karena memberi kebaikan untuk orang
lain juga berarti kita memberikan kebahagiaan kepada orang itu.
Sebuah jam memberikan
makna yang luar biasa kepada kita, jam itu ibarat saksi bisu perjalanan hidup
kita, selain mengandung nilai estetika, setiap detik yang bergerak pada jarum
jamnya sangat berarti untuk dilalui dengan sesuatu yang bermanfaat, tak peduli
orang menilai apa, yang terpenting kita mempunyai komitmen yang kuat untuk
bekerja keras, memberikan yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain, berambisi pun perlu untuk mengejar apa yang kita inginkan tapi baiknya
sesuai dengan kadar kemampuan dari masing-masing individu.
Pustaka :
http://www.suararakyatindonesia.org/wp-content/uploads/2014/12/ilustrasi-perjalanan-menembus-waktu.jpg
0 reflection:
Post a Comment