Thursday, September 01, 2016

[tak] menunggu

Setelah serangkaian kejadian dan pertengkaran,  komunikasi terputus. Sekali-kali stalking medsos nya. Itu tak akan membantu untuk melupakan, itu justru hanya menambah emosi.

Perubahan selalu memerlukan energi yang besar. Tak perlu mengulangi kesalahan yg sama.. tak lagi untuk menunggu...

Dia sudah menemukan kebahagiaannya,
Dia tidak akan datang,

Berulang-ulang mengucapkan kalimat tsb, untuk tak lagi menengok ke belakang. Yang sudah.. ya sudah....

Hello September...
berikan kebahagiaan pada setiap manusia..
pertemukanlah orang2 yang baik hati.

Beranjak dari lamunanku, segera kuambil gadget dan menghapus semua kenangan. Cukup tersimpan dalam ingatan saja... dia tidak akan datang.

Hati memang selalu membayangkan hal yang indah-indah saat aku tengah merasa jatuh cinta. Dengan begitu aku jadi tahu bahwa cinta memang membahagiakan. Namun di satu sisi aku tetap butuh logika.

Dia telah melukaiku dan keluargaku. Pria gentlement tidak akan memaksakan kehendaknya dan melukai secara fisik.

Kenapa aku harus menunggu dia?
Sedangkan ada pria lain yang lebih sabar menghadapiku, tidak memaksakan kehendaknya dan tidak melukaiku. Pria yang tak sering mengumbar kata manis, cukup punya penampang sabar yang luas ketika aku butuh tempat untuk bercerita. Kesabaran memang diperlukan, untuk mendengarkan ku yang sering sekali mengeluh dan bersungut-sungut kesal ketika ada seabrek pekerjaan yang belum terselesaikan. Namun ketika bersamanya dan bercerita dengan sesekali meneguk teh hangat, rasa kesal itu tiba-tiba hilang. Dia tak banyak bicara, namun tatapan matanya sudah cukup meneduhkan.


#kampungfiksi
01 september 2016

0 reflection:

Post a Comment